Empat Anak Diduga Dibunuh Ayahnya, Masyarakat Tidak Sedang Baik-Baik Saja

Meidaumat.info – Dengan ditemukannya empat anak meninggal diduga dibunuh ayahnya sendiri di kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel), baru-baru ini, menunjukkan kondisi masyarakat tidak sedang baik-baik saja.
“Masyarakat kita tidak sedang baik-baik saja,” ujar Pemerhati Parenting Nopriadi Hermani, Ph.D. kepada media-umat.info, Sabtu (9/12/2023).
Menurutnya, kondisi ini dikarenakan sebagian besar masyarakat ‘menghirup’ kehidupan yang sekuler-kapitalis, sehingga mentalitas dan perilaku mereka menjadi jauh dari nilai-nilai keislaman.
Artinya, terkait fenomena tersebut, masalah kesehatan jiwa atau mental telah menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan di tengah-tengah masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional.
Diketahui dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 saja, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Celakanya, kata Nopriadi lebih lanjut, stres maupun depresi, berikut kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), akhirnya menjadi hal lumrah, termasuk kejadian orang tua yang diduga kuat, tega membunuh 4 anaknya tanpa rasa bersalah beberapa waktu lalu.
Faktor Ekonomi
Di sisi lain, kata Nopriadi menerangkan, salah satu penyumbang utama mengenai permasalahan mental pada pada masyarakat, terutama yang memiliki anak adalah ekonomi.
Bahkan menurut sebagian pihak, tidak sedikit orang yang mengontrak di Jakarta memiliki pekerjaan dan penghasilan yang minim, sehingga keadaan ekonomi mereka terganggu.
Tak ayal, Nopriadi pun menilai kesulitan ekonomi ini merupakan tekanan yang sangat membebani kehidupan masyarakat, utamanya tekanan pada mentalitas.
Dengan kata lain, pemerintah lebih sibuk dan fokus dengan urusan kekuasaan daripada melakukan perbaikan ekonomi, ataupun penyelesaian masalah mental untuk masyarakatnya.
“Pemerintah sangat sibuk dan fokus dengan urusan kekuasaan. Terlihat acuh dengan problem sistemik masalah mental,” sebutnya.
Solusi Islam
Karenanya, Nopriadi memaparkan, problem-problem sistemik ini pada dasarnya karena salah aturan, salah urus dan salah yang mengurus.
Artinya, adalah sebuah urgensitas untuk menerapkan sistem Islam di setiap aspek kehidupan manusia. Baik individu, keluarga, masyarakat, hingga negara sekalipun.
Pada level individu, misalnya, orang-orang beriman akan memiliki kesehatan mental yang sangat baik. “Akidah dan cabang-cabangnya seperti masalah tawakal, qanaah, rezeki, sabar, syukur, dan lain-lain akan membuat seseorang menjadi pribadi yang sehat secara mental,” urainya.
Pun demikian apabila ada tekanan hidup, mereka cenderung berikhtiar untuk menyelesaikannya. Yang berarti, maka konsep keimanan yang ada dalam kalbu akan mampu menjadi benteng yang mengokohkan mentalitas mereka.
Dengan kata lain, perilaku yang tertata secara Islam akan membuat kehidupan seorang Muslim menjadi indah, bagaimanapun keadaannya. “Tidak mungkin orang yang beriman akan melakukan kekerasan di rumah tangga, apalagi sampai membunuh,” terangnya.
Sedangkan di level keluarga, sambung Nopriadi, akan terasa suasana islami yang semakin menguatkan keislaman anggota keluarga. “Keluarga yang dibangun atas asas keimanan dan diatur dengan keislaman akan menjadi keluarga yang tampak suasana cinta, kepeduliaan, ketenangan, kasih sayang dan tanggung jawab,” jelasnya.
Terlebih, mereka senantiasa memahami firman Allah SWT dalam QS. At-Tahrim: 6 yang artinya: ‘Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.’
Selanjutnya, di level masyarakat juga akan terlihat sehat. “Mereka akan menjaga satu sama lain dengan amar ma’ruf nahi mungkar,” ucapnya Nopriadi, seraya mengatakan di tengah masyarakat pun terbangun sikap saling peduli.
Dengan demikian, anggota masyarakat tak akan sendiri dalam menghadapi masalah pribadinya.
Terakhir, di level negara yang terinstal nilai-nilai dan aturan Islam akan menjadikan negara yang mengurusi dan menjamin terpenuhi kebutuhan pokok rakyatnya.
Maksudnya, masyarakat akan dibuat sejahtera sehingga mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan. “Negara juga menjamin (tersedianya) pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan bagi masyarakat dengan pelayanan terbaik dan gratis,” imbuhnya.
Walhasil, dengan jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok tersebut, masyarakat akan merasa ringan menjalani kehidupan termasuk menjadikan sehat fisik dan mental.
Karenanya, amatlah penting sebuah proses politik dalam hal ini memilih pemimpin amanah yang sesuai ajaran Islam. Sehingga, terjagalah jiwa, agama, akal, kehormatan dan harta rakyatnya.
“Tidak seperti kehidupan seperti saat ini dimana masyarakat menjadi sakit, terutama secara mental dan kepribadian. Juga rasa-rasanya tidak mungkin ada banyak orang tua membunuh anaknya karena masalah ekonomi atau sakit secara mental,” pungkasnya.[] Zainul Krian