Pengamat: Pengusutan Transaksi Janggal 349 T Tidak Semakin Terang dan Tuntas

Mediaumat.id- Menanggapi tuntutan pengusutan transaksi janggal 349 triliun di Kementerian Keuangan, Pengamat Kebijakan publik Dr. M. Riyan mengatakan tidak semakin terang dan tuntas.
“Bicara pengusutan dana 349 triliun adalah bicara dua hal terang dan tuntas. Kita tidak melihat semakin terang dan semakin tuntas, karena tidak ada progres pengusutan,” ungkapnya di Kabar Petang: Skandal 349 T Makin Nggak Jelas? melalui kanal YouTube Khilafah News, Senin (10/7/2023).
Riyan menambahkan, dana sebesar 349 triliun bukan dana kecil, tapi tidak ada progres yang signifikan sehingga potensi tidak tuntas sangat besar.
“Jangan lupa pemerintahan Bapak Presiden sudah tinggal menghitung waktu. Waktu efektif tinggal satu tahun kurang, sementara jumlah yang dipersoalkan tidak main-main,” ulasnya.
Faktor ketidaktuntasan ini, lanjutnya, karena negara ini sudah bergerak kepada negara korporatokrasi, persekongkolan antara penguasa dan pengusaha.
“Bola sudah di tangan pemerintah. Apakah kasus ini akan dibuat seterang-terangnya dan setuntas-tuntasnya? Tergantung kemauan politik pemerintah. Ini harus diungkapkan sehingga tidak ada dugaan persekongkolan,” terangnya.
Dalam penilaian Riyan, bukti-bukti sudah sangat detail, seharusnya pemerintah sudah melakukan tindakan hukum, mengungkap siapa pun yang terlibat, tidak peduli pejabat atau bukan.
“Jangan sampai yang diungkap hanya pemain figuran, sementara pemain utama dan aktor intelektualnya tidak diungkap,” imbuhnya.
Ryan mengkhawatirkan, jika kasus ini tidak diungkap tuntas, jargon equality before the law yang merupakan manifestasi negara hukum akan berubah menjadi negara kekuasaan dalam pengertian siapa yang berkuasa dia akan selamat.
“Jangan sampai kasus ini ramai di awal, viral, tapi setelah masuk ke detail konkret justru berhenti atau sengaja diberhentikan karena terkait dengan berbagai pihak,” ingatnya.
Karena itu, Ryan mendorong para penegak hukum segera melakukan tindakan terukur (presisi). Jangan sampai hanya sekadar slogan dan malah berujung transaksional.
“Artinya, jangan sampai yang punya kekuasaan selamat sementara yang tidak punya kekuasaan dibabat,” tandasnya.
Ryan pesimis kasus ini akan terselesaikan, melihat ketidakseriusan pemerintah dalam menuntaskan dan menyelesaikan kasus-kasus besar.
“Justru terkesan pemerintah sekarang sedang berusaha menyelamatkan diri, dalam arti setelah tidak menjabat maka dia aman,” kritiknya.
Namun demikian, Riyan tetap berharap, di sisa waktu yang kurang setahun ini, pemerintah benar-benar serius menangani masalah korupsi, sebagaimana janji Jokowi dalam kampanye pada 2019, bahwa akan memimpin langsung penanganan korupsi.
“Setahun terakhir ini harusnya dijadikan pembuktian bahwa pemerintah benar-benar berpihak kepada rakyat. Kalau tidak, sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW bahwa pejabat yang curang tidak akan mampu mencium bau surga,” ingatnya.
Jika penguasa ingin masuk surga, lanjutnya, buktikan dengan keseriusan menuntaskan kasus-kasus. Mengungkap kasus-kasus seterang-terangnya. Jangan malah memainkan kasus demi kepentingan dan keselamatan segelintir pihak.
“Islam sudah mencontohkan. Jangan sampai Anda terlena. Karena waktu Anda tinggal sebentar lagi. Jika Anda terlena, ingat konsekuensinya tidak sekadar di dunia tetapi juga di akhirat,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun