Kupas Hikmah Haji, UIY: Salah Satunya Spirit Tauhid

 Kupas Hikmah Haji, UIY: Salah Satunya Spirit Tauhid

Mediaumat.id – Menjawab hikmah penting dari pelaksanaan ibadah haji, Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, ibadah haji adalah meneladani Nabi Ibrahim as.

“Teladan tentang apa? Teladan tentang bagaimana menjadi seorang hamba Allah sejati yang memiliki spirit tauhid yang luar biasa,” ujarnya dalam Fokus: Haji dan Politik, Ahad (26/6/2022) di kanal YouTube UIY Official.

“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu (Muhammad) pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, yaitu keluarganya, istri dan anaknya,” ucap UIY mengutip QS al-Mumtahanah ayat keempat.

Ringkasnya, hikmah tauhid dimaksud tercermin pada ketaatan Nabi Ibrahim as dan keluarganya kepada segenap perintah dan larangan Allah SWT. “Apapun perintah dan larangan Allah itu, meskipun sekilas perintah itu tampak tidak masuk akal,’ tuturnya.

Sebutlah perintah meninggalkan istri (Siti Hajar) dan anaknya (Ismail) yang masih dalam gendongan di satu lembah yang tidak ada sesuatu dan seorang pun.

“Apakah Allah yang memerintahkan ini, meninggalkan aku dan anakmu itu di sini?” ulas UIY menirukan kebingungan Siti Hajar kala itu.

“Lalu Nabi Ibrahim menjawab: ‘Iya’,” ungkapnya, seraya menyebut kisah itu ada di salah satu hadits riwayat Imam Bukhari.

Selanjutnya, Siti Hajar pun mengambil kesimpulan sendiri. “Kalau begitu Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan kami,” ucap UIY menirukan keyakinan Siti Hajar.

Di sisi lain, perintah yang tampak sangat kejam juga ditujukan kepada Nabi Ibrahim as, yakni menyembelih putranya (Ismail). “Mereka sadar betul bahwa tidak mungkin Allah menzalimi hamba-Nya meskipun mereka tidak tahu apa bentuk ketidakzaliman Allah kepada mereka,” sambungnya.

Lantas tatkala pisau tajam hendak memotong kulit putih leher Ismail, lanjut UIY menyampaikan sebagian ayat Al-Qur’an surah as-Saffat, Allah SWT menggantikannya dengan domba, sembelihan yang besar.

“Ini tauhid. Haji itu tauhid. Tawaf, sa’i, kemudian melempar jumrah,” runtutnya tegas.

Bahkan melempar jumrah adalah simbolisasi perlawanan terhadap setan.

Kata UIY, salah satu wajib haji tersebut menirukan Nabi Ibrahim as yang melempari setan ketika menggoda dirinya agar tidak mau melakukan perintah Allah tersebut.

Maka itu secara hikmah lebih dalam lagi, sepulang dari ibadah haji, seorang Muslim semestinya melanjutkan perlawanan terhadap setan. Sebabnya, kata UIY, hidup ini memang dialektika antara taat kepada Allah SWT, dengan taat kepada setan.

Namun alih-alih demikian, seorang haji malah berkawan atau bahkan menjadi hamba setan. “Ada anekdot itu bahwa jamaah dari Indonesia itu setiap kali melempar jumrah itu batunya kembali. Setelah itu kemudian dibaca di batu itu tertulis, ‘sesama setan dilarang saling melempar’,” selorohnya, dengan menyebut sarkasme itu amat menyentak karena menggambarkan kondisi kekinian di negeri ini.

Pasalnya, para koruptor yang terjaring adalah mereka yang sudah berhaji, dan bahkan tak sedikit pula yang namanya memakai Muhammad atau nama Islam lainnya.

“Pemimpin-pemimpin sekuler sekarang ini, dari partai-partai sekuler, itu juga orang-orang Islam yang mungkin juga sudah haji bahkan mungkin hajinya sudah bolak-balik,” tambahnya.

Artinya, sudah jutaan Muslim di Indonesia yang sudah berhaji, tetapi tidak serta-merta menjadikan negeri ini menggelorakan tauhid. “Malah sekarang menjadi sesuatu yang sebenarnya cerminan dari tauhid, dakwah, syariah, khilafah itu malah dipersekusi oleh mereka-mereka yang juga sudah haji,” sesalnya.

Sebenarnya, sambung UIY, tidak hanya haji. Ibadah puasa yang melatih Muslim agar semakin bertakwa pun tidak berdampak kuat bagi umat untuk meninggalkan yang haram, semisal riba. “Buktinya riba yang diharamkan oleh Allah, masih tegak berdiri. Bahkan menjadi pilar utama dari sistem keuangan kita,” bebernya.

Belum lagi minuman beralkohol (minol) yang pabriknya masih mendapatkan legalitas, beberapa tempat pelacuran yang masih dilegalkan, atau pun LGBT yang jelas keharamannya, tidak dilarang.

Oleh karena itu, umat pun kini menghadapi permasalahan besar yang telah menimbulkan efek ketidakadilan di seluruh bidang. Baik politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, dan lainnya, yang menurut UIY, berpangkal dari rapuhnya jiwa tauhid dimaksud.

Ukhuwah Islamiah

Berikutnya ia menyampaikan, ibadah haji adalah cerminan dari ukhuwah islamiah. “(Haji) ini macam kongres umat Islam dunia,” sebutnya.

Dengan jumlah tiga juta umat Islam dari berbagai wilayah di seluruh belahan dunia, kata UIY, umat Islam yang datang dengan spirit talbiyah haji untuk memenuhi panggilan Allah SWT, menggambarkan sebuah persatuan universal. “Kalau ada gambaran persatuan universal, itulah haji,” timpalnya.

“Tidak ada persaudaraan yang begitu melintas batas itu melebihi persaudaraan Islam,” imbuhnya.

Sementara yang menurutnya menarik lainnya adalah, bahwa Islam adalah agama yang kokoh luar dalam. “Asalnya kan di tanah suci itu, itu kokoh, di luar juga kokoh,” jelasnya.

Sehingga ia sangat menyayangkan kondisi kaum Muslim dengan berbagai tantangan yang bersifat global saat ini, tak tersentuh oleh kekuatan umat Islam yang berjumlah 1,7 miliar orang di seluruh dunia.

Sebut saja melawan Israel. “Bagaimana bisa 1,7 miliar kok keok melawan Israel yang hanya berpenduduk 6 sampai 7 juta?” ucapnya.

“Israel kalau kita ludahi tenggelam kok. Cuma masalahnya kan gimana ngeludahin bareng-bareng oleh 1,7 miliar itu,” sambungnya.

Maka, mestinya umat menepis sekat-sekat yang menghalangi persaudaraan universal tersebut. Serta tidak boleh lagi ada pandangan bahwa umat Islam Indonesia misalnya, merasa kepentingannya sebatas dalam negeri saja.

“Kepentingannya itu ya alam islami atau dunia Islam. Di situlah sebenarnya kekuatan kita,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *