Penembakan Massal Marak, AS Alami Persoalan Sosial Akut hingga Depresi 

 Penembakan Massal Marak, AS Alami Persoalan Sosial Akut hingga Depresi 

Mediaumat.id – Kasus penembakan massal yang berulang kali terjadi dinilai Direktur Siyasah Institute Iwan Januar karena warga Amerika Serikat banyak yang mengalami persoalan sosial akut hingga depresi.

“Warga Amerika Serikat banyak mengalami persoalan sosial akut hingga depresi. Rata-rata pelaku penembakan massal adalah pribadi yang punya persoalan kejiwaan, tertekan, depresi, korban bullying di lingkungan dan broken home,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Selasa (7/6/2022).

Menurutnya, hal itu terungkap dari beberapa contoh kasus yang menunjukkan kepribadian dari pelaku penembakan.

“Salvador Ramos, aktor penembakan massal di Uvalde, diceritakan oleh atasan dan rekan kerjanya di satu restoran cepat saji sebagai pribadi tertutup, kurang bersosialisasi, namun agresif/pemarah. Ia pernah mengancam seorang pegawai perempuan di tempat kerjanya,” bebernya.

Ramos juga nampaknya bermasalah dengan keluarganya, lanjut Iwan, sebelum menembaki anak-anak SD, Ramos lebih dulu menembak neneknya di rumah. Kejadian itu ia ceritakan pada salah seorang temannya di media sosial, sebelum menyerang para pelajar SD.

Selain yang telah disebutkan di atas, ia kembali memberikan contoh pelaku yang lain. “Balik ke belakang jauh ke bulan Mei 1998, seorang remaja usia 15 tahun bernama Kip Kinkel melakukan penembakan massal terhadap sejumlah pelajar di SMA Thurston High School di Springfield, Oregon, Amerika Serikat. Sebelum melakukan penyerangan di sekolah, Kinkel yang saat itu berusia 15 tahun terlebih dahulu menembak mati ayahnya yang sedang minum kopi. Lalu menembak ibunya di garasi setelah mengucapkan, ‘I love you, Mom‘, “terangnya.

Lalu pada 21 Mei, lanjutnya, dengan menggunakan Ford Explorer ibunya, ia berangkat ke sekolah menengah. Kinkel menyiapkan lima senjata; dua pisau berburu, senapan, pistol Glock 19 9×19 mm, dan pistol Ruger MK II kaliber .22.  Dia membawa 1.127 butir amunisi. Kinkel pun mulai melakukan penembakan yang menghantam 37 siswa dan menewaskan dua orang, sebelum dibekuk sejumlah pelajar lain dan polisi. Kip Kinkel ternyata remaja yang bermasalah. Barbara Coloros dalam bukunya Stop Bullying menuliskan Kinkel adalah pelajar korban bully di sekolahnya.

Terakhir, ia memberikan data tentang gangguan mental yang dialami oleh warga Amerika.

“Bicara soal gangguan mental, Amerika Serikat menurut International Health Metrics and Evaluation (IHME), di tahun 2016, berada di peringkat ketiga (21,56%) setelah Greenland dan Australia. Sedangkan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS alami peningkatan bunuh diri di lebih dari setengah negara bagian AS sejak 1999. Kenaikan keseluruhan nasional adalah sekitar 25%. Ini berarti bahwa sekitar 16 dari setiap 100.000 orang Amerika akan melakukan bunuh diri. Di tahun 2016 hampir 45.000 orang Amerika bunuh diri,” pungkasnya.[] Nur Salamah

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *