Pakar: Kegagalan Sistem Ekonomi Kapitalis Sebabkan Krisis Pangan

Mediaumat.id – Pakar Ekonomi Islam Dr. Arim Nasim, SE., M.Si., Ak., CA. menilai Perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 bukanlah faktor utama terjadinya krisis pangan, namun kegagalan sistem ekonomi kapitalis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dunia.
“Kalau kita perhatikan, sebenarnya faktor utama itu bukan perang, tapi faktor utama krisis pangan itu adalah kegagalan sistem ekonomi kapitalis atau kerusakan sistem ekonomi kapitalis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dunia,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Dunia dalam Ancaman Krisis Pangan, Rabu (13/4/2022) di kanal YouTube Khilafah News.
Karena, menurut Arim, sebelum terjadinya perang dan juga pandemi kelaparan itu sudah menimpa di berbagai belahan dunia.
“Kalau kita lihat, data menunjukkan ada 768 juta rakyat dunia yang kelaparan parah di berbagai negara salah satunya Ethiopia. Sementara hampir sepertiga penduduk dunia, mereka kesulitan untuk mengakses makanan yang layak,” jelas Arim
Ia menegaskan, perang dan pandemi hanya sebagai faktor yang memicu semakin kuat terjadinya krisis pangan dunia.
Sebagaimana disiarkan CNBC Indonesia (9/4) Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan harga komoditas melambung tinggi, seperti gandum dan biji bunga matahari. Sejak akhir 2021 (year-to-date), harga gandum di Chicago Board of Trade naik 37,3% secara point-to-point. Harga biji bunga matahari pun melejit. Biji bunga matahari adalah bahan baku minyak nabati yang banyak dikonsumsi di Eropa.
“Perang ini kalau berlanjut jelas akan memperparah kondisi ketimpangan pangan dan juga pada akhirnya akan menyebabkan kelaparan masyarakat dunia,” tegas Arim.
Selain berdampak di Eropa, Perang Rusia-Ukraina dinilai Arim memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah naiknya harga crude palm oil (CPO) dan bahan bakar minyak (BBM).
Dari sudut pandang Islam, Arim menilai, ketahanan pangan itu lahir dari politik ekonomi, dan politik ekonomi Islam itu menjamin kebutuhan pokok setiap individu. Karena itu negara harus dominan, tidak boleh penyediaan kebutuhan pokok diserahkan kepada mekanisme pasar.
“Kalau diserahkan kepada mekanisme pasar, walaupun produksi melimpah maka apa yang terjadi? Tetap saja rakyat akan kesulitan mendapatkan pangan tersebut,” pungkasnya.[] Ade Sunandar