Niat Kritik Kapitalisme, Justru Sosialisme Munculkan Masalah Baru

MediaUmat.info – Tentang sosialisme, Wartawan Senior Edy Mulyadi mengungkapkan, meski lahir dari kritik terhadap kapitalisme dalam praktiknya konsep tersebut justru melahirkan masalah baru.
“Dalam praktiknya, konsep ini justru melahirkan masalah baru,” ujarnya dalam sebuah tulisan Seri Kegagalan Sistem-sistem Global Bagian 1.3 berjudul Sosialisme: Janji Palsu Pembela Kaum Tertindas, yang diterima media-umat.info, Senin (5/5/2025).
Menurutnya, kaum sosialis beranggapan bahwa akar ketidakadilan sosial adalah kepemilikan pribadi atas sumber daya ekonomi. Untuk itu, dengan dalih demi keadilan bersama, sosialisme menggantinya dengan konsep kepemilikan kolektif atau kendali negara yang diposisikan sebagai ‘wakil rakyat’ bertugas mengelola sumber daya.
Tetapi faktanya, kebijakan itu justru membuka jalan bagi tirani atau kekuasaan sewenang-wenang oleh negara. “Bukannya membebaskan manusia dari penindasan, sosialisme malah (sekadar) mengubah bentuk penindasan dari tangan kapitalis ke tangan birokrat negara,” jelasnya.
Tengoklah, betapa sejarah telah membuktikan kegagalan sosialisme di berbagai belahan dunia. Salah satunya Uni Soviet yang notabene pionir negara sosialis pertama di dunia, justru mengalami kemunduran ekonomi parah.
Kala itu, segala aktivitas ekonomi dikontrol ketat oleh negara. Akibatnya, dikarenakan perencanaan ekonomi sentral dan sistem distribusi yang tidak efisien, terjadilah di antaranya kelangkaan dan antrian panjang untuk sekadar mendapatkan barang kebutuhan pokok seperti roti.
Akhirnya, setelah puluhan tahun mengalami stagnasi ekonomi dan ketidakpuasan rakyat Uni Soviet pun runtuh pada tahun 1991.
Begitu juga Kuba di bawah pemerintahan Fidel Castro (1959-2008), Venezuela berikut kebijakan penerapan sosialisme abad 21 oleh Hugo Chavez dan penerusnya, hingga Korea Utara berikut sosialismenya yang ekstrem telah menginjak hak-hak dasar rakyat di sana.
Tak jauh berbeda sosialisme di Indonesia yang sempat diterapkan pada masa Presiden Sukarno. Kala itu konsep ekonomi terpimpin dan semangat nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme) mengambil alih sektor-sektor ekonomi strategis.
Namun, karena tak adanya sistem yang jelas dan efisien, lagi-lagi ekonomi nasional pun babak belur. Akibatnya, produktivitas melemah, kelangkaan barang terjadi di mana-mana, hingga lonjakan inflasi tak terkendali.
Bahkan di akhir era Sukarno, Indonesia mengalami hiperinflasi yang mencapai lebih dari 600 persen per tahun, khususnya pada tahun 1965.
“Semua itu membuktikan bahwa sosialisme bukanlah pembela rakyat kecil, ia cuma janji palsu yang menghasilkan penindasan dalam bentuk baru,” tandasnya.
Bertentangan dengan Fitrah
Sosialisme, menurut Edy, bertentangan dengan fitrah manusia yang cinta pada hasil kerja kerasnya. Dengan kata lain, manusia pada dasarnya ingin memiliki, mengelola, dan menikmati hasil usahanya sendiri.
Sementara, dari sudut pandang Islam, negara tidak boleh menghapus kepemilikan individu tetapi lebih ke pengaturan agar tak menjadi sarana kezaliman.
Kembali ia pun mengingatkan konsep kepemilikan dalam perspektif Islam yang dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, kepemilikan individu seperti rumah, pakaian, kendaraan, dan hasil usaha lainnya yang diperbolehkan syariat.
Kedua, kepemilikan umum atas seluruh sumber daya alam besar yang bersifat umum seperti air, padang rumput, dan tambang, wajib dikelola oleh negara untuk kepentingan bersama.
Ketiga, kepemilikan negara yang meliputi pos-pos tertentu demi kepentingan administrasi negara Islam dalam hal ini, khilafah.
Sekadar menegaskan kembali, terhadap seluruh sumber daya ekonomi, negara khilafah memiliki fungsi mengatur bukan menguasai. Terlebih mencegah ketidakadilan dengan melindungi hak kepemilikan individu, serta mengembalikan semua manfaat dari pengelolaan harta milik umum oleh negara kepada seluruh warga negara.
Dengan demikian, Islam membawa solusi berkeadilan yang pada dasarnya berasal dari Dzat Yang Maha Adil. “Dengan syariat Islam, tidak ada kerakusan kapitalis, tidak ada tirani negara seperti dalam sosialisme,” pungkasnya.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat