Demo Besar-Besaran di Turki, Bentuk Perlawanan terhadap Erdogan

Mediaumat.info – Demo besar-besaran di Turki yang dilakukan oleh pendukung Ekrem Imamoglu, Wali Kota Istanbul yang baru saja dicopot dari jabatannya dan ditahan aparat kepolisian, dinilai Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana sebagai bentuk perlawanan terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.
“Ini merupakan bentuk perlawanan terhadap Erdogan, dan ini direspons dengan tindakan represif dari polisi,” ungkapnya dalam Kabar Petang: Turki Undercover, Kamis (3/4/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Sebelumnya diberitakan bahwa lebih dari 1.400 orang demonstran ditangkap termasuk mahasiswa, jurnalis, dan pengacara, imbas dari penangkapan Ekrem Imamoglu dengan tuduhan korupsi.
“Saya melihat [penangkapan] itu dilakukan Erdogan untuk mencegah munculnya rival yang kuat,” ulasnya.
Erdogan, lanjutnya, memiliki posisi yang kuat di Turki dan berhasil menjabat presiden untuk yang ketiga kalinya. Namun demikian, ucapnya, terjadi kejenuhan di tengah masyarakat terhadap kepemimpinan Erdogan.
“Makanya ketika pemilu level wali kota di Istambul, partainya Erdogan [AK Parti] kalah. Kemudian muncul sosok baru Ekrem Imamoglu yang dianggap sebagai potensi rival terkuat Erdogan di masa yang akan datang,” jelasnya.
Oleh karena itu, sambungnya, upaya-upaya penjegalan terhadap rivalnya ini dilakukan dengan berbagai tuduhan semisal korupsi, keterkaitannya dengan organisasi teroris KKP [Partai Komunis Kurdistan]. ”Banyak yang menduga tuduhan itu rekayasa belaka,” imbuhnya.
Terkait penangkapan Imamoglu, Budi mengulas, ada kemungkinan pengadilan Turki berpihak kepada Erdogan, atau justru menolak tuduhan-tuduhan itu. “Kita masih menunggu proses peradilannya. Kan belum berjalan,” ucapnya.
Platform Baku
Dalam penilaian Budi, demokrasi tidak memiliki platform baku dalam penanganan demonstrasi. Namun bergantung kepada kepentingan yang mengitarinya.
“Sebuah negara bisa melabeli sebagai negara demokrasi, tetapi apakah demokrasi harus selalu membiarkan demonstrasi? Biasanya itu dihadap-hadapkan dengan ketertiban umum. Demonstrasi yang tertib tidak mengganggu kondisi politik negara akan dibiarkan, tetapi bisa jadi ketika demonstrasi ada nuansa politik yang mengganggu rezim pasti akan diberangus. Dan ini berlaku di hampir semua negara,” urainya.
Jadi, ucapnya, ada imunitas terhadap demokrasi sebagai sebuah nilai politik dalam konsep bernegara.
Menurut Budi, sekalipun demonstrasi ini terjadi di seantero Turki, namun rival Erdogan masih mengusung konsep yang sama, tidak ada pembaruan.
”Partai Rakyat Republik yang dipimpin oleh Imamoglu mengusung hanya sekadar perubahan orang. Secara konsepsi misalkan demokrasinya sama, ekonominya juga kurang lebih sama, hanya masalah keberpihakan-keberpihakan saja yang mungkin berbeda penekanan-penekanannya,” ulasnya.
Sistem yang diajukan, lanjutnya, juga sama bukan sebuah sistem baru yang ditawarkan. “Jadi bukan sebuah gerakan perubahan sistem, perubahan konsep dari Turki demokrasi sekuler ke sistem atau konsep yang lain,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat