Pertumbuhan Ekonomi Sentuh 5,11 Persen, PEPS Curigai Ada Manipulasi

 Pertumbuhan Ekonomi Sentuh 5,11 Persen, PEPS Curigai Ada Manipulasi

Mediaumat.info – Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada triwulan I (Q1) 2024 sebesar 5,11 persen sebagaimana yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dinilai sangat meragukan dan patut dicurigai ada manipulasi di dalamnya.

“Data pertumbuhan ekonomi ini sangat meragukan, karena indikator ekonomi bulanan melemah, sehingga patut dicurigai ada manipulasi,” ujar Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan dalam keterangan tertulis yang diterima media-umat.info, Selasa (28/5/2024).

Menurutnya, keraguan atas pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan kali ini saja. Di tahun 2019 yang kabarnya mencapai sekitar 5 persen, juga menjadi pertanyaan banyak pihak, termasuk dari luar negeri.

Dilansir bnnbloomberg.ca, (5/11/2019), Gareth Leather, ekonom Capital Economics Ltd yang berbasis di London, menyatakan ragu terhadap data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang secara mencurigakan stabil selama beberapa tahun terakhir.

“Kami tidak terlalu percaya pada angka PDB resmi Indonesia, yang secara mencurigakan stabil selama beberapa tahun terakhir,” kata Gareth Leather di London.

Artinya, berdasarkan pemantauan indikator ekonomi bulanan kala itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru mengalami penurunan tajam.

Pun demikian Trinh Nguyen, ekonom yang berbasis di Hongkong, kata Anthony menambahkan, juga menyatakan kebingungan yang sama.

“Trinh Nguyen bingung bagaimana ekonomi bisa tumbuh pada tingkat yang relatif sama untuk jangka waktu yang sangat panjang, sedangkan belanja pemerintah melemah,” ungkap Anthony.

Sekadar diketahui, hal seperti ini pernah terjadi di India. Seperti halnya penelitian tentang pertumbuhan ekonomi di sana, yang dipublikasikan pada Juni 2019 sebagai working papers (kertas kerja) di lembaga Center for International Development at Harvard University dengan judul India’s GDP Mis-estimation: Likelihood, Magnitudes, Mechanisms, and Implications, misalnya, disimpulkan untuk periode tahun fiskal 2011/12 hingga 2016/17 terlalu tinggi 2,5 persen. Sementara data resmi pertumbuhan ekonomi India pada periode tersebut rata-rata 7 persen per tahun.

Dengan kata lain, berdasarkan penelitian dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error 1 persen, yang dilakukan Arvind Subramanian, mantan penasehat ekonomi pemerintah India itu, pertumbuhan ekonomi India mungkin hanya sekitar 4,5 persen per tahun. Jauh di bawah 7 persen menurut catatan resmi pemerintah India.

Maknanya, sambung Anthony lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi suatu negara termasuk di negeri ini, memang sangat mudah dibuat bias, alias dimanipulasi, dengan hanya mempermainkan tingkat inflasi (disebut deflator) pada setiap kategori konsumsi (rumah tangga, pemerintah, investasi, ekspor dan impor).

Kecurigaan terkait upaya manipulasi untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, menurutnya masuk akal. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya aktivitas ekonomi yang melambat pada Q1/2024. Di antaranya, penjualan mobil dan penjualan motor, masing-masing turun 23 persen dan 4,87 persen pada Q1/2024 sebagaimana Anthony kutip dari otomotif.bisnis.com.

Maka itu, sekali lagi Anthony heran dengan data yang dipaparkan BPS sebelumnya. “Bagaimana mungkin ekonomi masih bisa bertumbuh 5,11 persen?” lontarnya, sebagaimana dipaparkan sebelumnya.

Terakhir ia pun menyinggung penggunaan sistem IT Sirekap pada pelaksanaan rekapitulasi pemilu kemarin yang terkesan sama kasusnya.

“Apakah BPS juga menggunakan sistem IT seperti Sirekap yang mempunyai bot otomatis, yang dapat menyesuaikan pertumbuhan ekonomi selalu di sekitar lima persen, dalam kondisi apapun?” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *