Prof. Zainal Muttaqin: Data Genom Benar-Benar Harus Dijaga

 Prof. Zainal Muttaqin: Data Genom Benar-Benar Harus Dijaga

Mediaumat.id – Data informasi genomik yang diambil melalui BGSi (Biomedical and Genome Science Initiative) sebagaimana termaktub di dalam RUU Kesehatan Omnibus Law, nantinya harus benar-benar dijaga agar tak jatuh ke tangan yang salah.

“Informasi ini, informasi yang harus dijaga sekali, tidak boleh jatuh ke tangan yang salah,” ujar Prof. Dr. dr. Zainal Muttaqin, Ph.D, Sp.BS dalam diskusi daring Bahaya Omnibus Law Kesehatan! Data Kesehatan Rakyat Indonesia akan Dikuasai Cina, Jumat (29/6/2023) di kanal YouTube Hersubeno Point.

Memang, lanjutnya, upaya menerapkan data genomik dalam skrining status kesehatan, akan membantu dokter, pasien, dan pembuat kebijakan dalam membuat keputusan pengobatan yang tepat sasaran.

Tetapi aplikasinya, kata Prof. Zainal, dikarenakan alat ini dipasok dari luar negeri, dalam hal ini Cina, penerapannya pun haruslah hati-hati.

Sebelum itu, sebutlah peluang kapitalisi dalam aspek asuransi kesehatan yang juga bakal mengambil manfaat lebih. “Ini menciptakan data yang besar sebagai suatu big data atau biodata itu akan menciptakan peluang untuk kapitalisasi data tersebut,” tandasnya.

“Kalau saya punya data genomik dan data saya ini jatuh ke satu perusahaan asuransi, misalkan, otomatis nilai pertanggungan saya akan naik pesat sekali terkait dengan penyakit yang bakal berpotensi terhadap pada saya,” terangnya.

Lebih jauh, bisa jadi ketika suatu perusahaan farmasi mengetahui data genomik dimaksud, maka pula berkesempatan menciptakan obat-obatan yang terkait dengan potensi penyakit sekelompok masyarakat tersebut.

Untuk dipahami, BGSi adalah inovasi kesehatan yang berbasis teknologi genomik, yakni mengandalkan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen untuk mempercepat implementasi kedokteran presisi dan menentukan pengobatan yang lebih tepat bagi pasien.

Dengan kata lain, dari data genomik yang diperoleh, kata seorang Dokter Spesialis Bedah Saraf yang menyelesaikan pendidikan Spesialis Bedah Saraf di Universitas Hiroshima tersebut, bakal mudah diketahui potensi penyakit yang bakal dialami seseorang setidaknya dalam lima tahun ke depan.

Peluang Kebocoran Data

Namun, sebagaimana kekhawatiran banyak pihak, ia pun mempertanyakan keamanan penyimpanan data dimaksud. Pasalnya, terdapat kesan bahwa di negeri tidak ada jaminan suatu data tidak akan mengalami kebocoran.

“Apa sih di Indonesia yang tidak bocor? Baru-baru ini terkait data Indonesia Sehat itu ada kebocoran data,” ungkapnya.

Terlebih, seperti yang ia paparkan sebelumya, yaitu pemasok alat atau mesin untuk memeriksa sampel (whole genome sequencing), adalah pihak asing dalam hal ini BGI (Beijing Genomics Institute), perusahaan genomik Cina yang berkantor pusat di Distrik Yantian, Shenzhen.

Artinya, amat diperlukan sikap kehati-hatian. Mengingat, kata Prof. Zainal, beberapa negara di Uni Eropa saat ini justru tengah melakukan penyidikan atas BGI dengan dugaan penyalahgunaan data genetik.

Pun demikian, laporan yang ditulis Reuters di tahun 2011 silam. “Kantor berita Reuters, itu melaporkan adanya dugaan pengumpulan dan pemanfaatan data genetik oleh BGI bekerja sama dengan PLA, People’s Liberation Army, itu militer Cina,” bebernya.

Yang lebih mengerikan, tambahnya, adalah laporan dari New York Times di tahun 2019 yang memaparkan bukti-bukti penggunaan data genetik oleh BGI atas minoritas Muslim Uighur, Xinjiang.

Maksudnya, genosida dengan menggunakan data genetik, akan tampak lebih ‘sopan’ daripada penindasan fisik atas Muslim Rohingnya, Myanmar atau pemusnahan etnis Palestina oleh entitas penjajah Yahudi.

“Kalau minoritas, itu dibikin dengan satu teknik tertentu, dengan serangga tertentu, atau dengan obat tertentu menjadi mandul,” paparnya.

Sehingga, ia pun menyebut bahwa perang di masa depan, bukan semacam pendudukan, tetapi lebih ke perang biologi yang salah satunya melalui penguasaan data genetik. “Lewat data genetik manusia Indonesia yang bisa dikuasai itu, kita akan menjadi jajahan juga nantinya negara ini,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *