Kudeta yang Gagal di Sudan, Balon Ujian untuk Sudan Sesudahnya

 Kudeta yang Gagal di Sudan, Balon Ujian untuk Sudan Sesudahnya

Oleh: Al-ustadz Ibrahim Utsman (Abu Khalil) | Jurubicara Resmi Hizbut Tahrir di Wilayah Sudan

Ar-Rayah, 29 September 2021

Pemerintah Sudan mengumumkan telah menggagalkan upaya kudeta untuk merebut kekuasaan pada dini hari Selasa pagi, 21 September 2021 M. Perdana Menteri Abdullah Hamduk mengatakan bahwa upaya kudeta yang gagal ini menyasar revolusi dan prestasi rakyat Sudan. Dia juga menggambarkan orang-orang yang bertanggung jawab atas upaya kudeta itu berasal dari sisa-sisa rezim sebelumnya. Menteri Penerangan Sudan setuju dengannya dalam menuduh sekelompok perwira angkatan bersenjata dari sisa-sisa rezim sebelumnya telah melakukan upaya kudeta yang gagal itu.

Namun, Muhammad al-Faki, anggota Dewan Kedaulatan dari pihak sipil, dalam wawancara dengan TV resmi Sudan pada hari Jumat, 22 September 2021 M, mengatakan: “Ada upaya oleh komponen militer, mitra otoritas transisi di negara ini, untuk mengontrol situasi politik guna mengubah neraca politik, dan ini melanggar proses kemitraan”. Dia menilai bahwa hal itu merupakan kudeta yang sebenarnya, dan itu merupakan kudeta putih.

Pernyataan anggota Dewan Kedaulatan ini muncul pasca kritik keras yang dilontarkan oleh Al-Burhan dan wakilnya, Hamidati, terhadap para politisi sipil. Yang mana al-Burhan dalam pidato perayaan kelulusan para perwira pasukan khusus mengatakan: kekuatan politik sibuk dengan rebutan kekuasaan dan posisi, dan bahwa slogan-slogan revolusi berupa kebebasan dan keadilan telah hilang di tengah-tengah perselisihan kekuatan politik”. Dia menekankan bahwa mereka tidak akan membiarkan satu pihak mengendalikan nasib negara. Dia menambahkan bahwa angkatan bersenjatalah yang melawan upaya kudeta, tetapi tidak mendapatkan keadilan dan penghargaan. Adapun wakilnya, Hamidati, dia mengulangi tuduhan yang sama terhadap para politisi, dengan mengatakan: “Mereka mengabaikan warga negara dalam mata pencaharian dan layanan dasarnya”. Dia menambahkan, “mereka sibuk rebutan kursi dan bagi-bagi posisi yang menimbulkan ketidakrelaan di tengah warga”. Hal yang paling meresahkan bagi pihak sipil adalah pernyataan al-Burhan: “Angkatan bersenjata adalah penjaga keamanan dan kesatuan Sudan. Dan ada pihak-pihak yang berusaha menabur perselisihan di dalam barisan angkatan bersenjata”. Pada poin ini tepatnya, respon dari Partai Kongres Sudan, salah satu komponen inkubator politik pemerintahan Hamduk, yang mana partai tersebut mengumumkan penolakannya terhadap tuduhan al-Burhan, dengan menegaskan bahwa tidak ada pihak tertentu yang dianggap sebagai pelindung rakyat Sudan, dan bahwa hanya rakyat sajalah yang memiliki hak untuk memutuskan. Partai Kongres Sudan menganggap bahwa pernyataan al-Burhan berbahaya dan tidak dapat diterima.

Kudeta ini, atau katakanlah upaya kudeta ini, bukanlah yang pertama sejak penggulingan rezim al-Bashir pada April 2019, dan tidak akan menjadi yang terakhir. Kondisi politik yang ada sangat buruk, baik dari aspek politik, ekonomi atau mata pencaharian. Semuanya menjadi pendorong untuk mengubah kenyataan di tengah adanya para partner yang suka bertengkar, yang muncul ke permukaan, dan menjadi sangat jelas layaknya matahari di siang bolong, antara komponen sipil (orangnya Inggris) dan komponen militer (orangnya Amerika). Konflik di antara mitra yang bertengkar ini, yang dahulu tersembunyi, muncul ke publik setelah upaya kudeta terakhir ini. Lalu apa yang membuat konflik dan perselisihan antara dua komponen pemerintahan di Sudan itu tampak begitu intens?

Sudah diketahui bersama bahwa Amerika tidak akan menyerah di Sudan. Dan rencananya adalah militer untuk mengambil alih kekuasaan secara penuh setelah penggulingan rezim penyelamat. Namun, Inggris, melalui orang-orangnya, mampu menggagalkan rencana ini melalui tekanan massa yang mendukung komponen sipil, terutama kerumunan bergemuruh yang keluar pada 30 Juni 2019. Hal itu memaksa Amerika untuk tunduk kepada badai tersebut dan menerima partisipasi orang-orangnya Inggris (sipil) di dalam kekuasaan. Dan Amerika selama dua tahun terakhir ini telah menghalangi jalan pemerintahan sipil, dan merekayasa krisis untuk itu sehingga publik yang mendukungnya akan bubar darinya. Dan setiap kali, Amerika (komponen militer) mengumumkan upaya kudeta untuk menjinakkan opini publik dalam negeri agar menerima perubahan situasi yang menguntungkan militer. Satu hal yang menegaskan bahwa semua upaya kudeta ini merupakan sandiwara, adalah bahwa sampai hari ini kita belum mendengar pengadilan terhadap mereka yang dikatakan terlibat dalam kudeta-kudeta itu.

Adapun upaya kudeta paling akhir, hal itu mengungkapkan kepada Amerika pelepasan massa dalam mendukung kebebasan dan perubahan, yang tidak melakukan apa pun terhadap tuntutan massa, yang paling sederhana adalah pengadilan terhadap mereka yang membubarkan aksi duduk di komando umum militer pada 3/6/2019, dan qishash terhadap terbunuhnya pemuda meskipun sudah berlalu lebih dari dua tahun sejak insiden yang tidak menyenangkan itu. Hal itu di samping situasi keamanan yang berbahaya, dan situasi kehidupan yang lebih berbahaya, yang mana pemerintah memenuhi perintah mematikan dari Dana Moneter Internasional (IMF) tanpa mempertimbangkan dampaknya berupa terbunuhnya orang miskin dan terciptanya kemiskinan, hingga kehidupan di Sudan menjadi neraka yang tak tertahankan. Apa yang terjadi hari ini, berupa ratapan dari pihak komponen sipil, merupakan hal yang nyata. Ratapan itu bukan karena kekhawatiran terhadap Sudan, yang mereka masukkan ke dalam mesin penghancur dan fragmentasi melalui tindakan mereka yang menyedihkan, melainkan yang menakutkan mereka adalah kursi yang mereka duduki. Adapun Amerika, Amerika telah merasa yakin akan keberhasilan rencananya untuk sepenuhnya memonopoli kekuasaan melalui orang-orangnya setelah melihat pelepasan massa dari kebebasan dan perubahan. Olehnya itu, Amerika menginstruksikan kepada al-Burhan untuk menenangkan permainan. Oleh karena itu, pembicaraan al-Burhan untuk saluran al-Hadats al-‘Arabiyah tenang dan rapi. Yang mana dia berbicara tentang kemitraan, dan bahwa mereka akan menjalankannya sampai mengakhirinya dengan pemilu demokratis.

Kita simpulkan dari semua ini bahwa ada perubahan tak terhindarkan yang akan datang, dan bahwa Amerika sedang mempersiapkan panggung untuk mengeluarkan perubahan menurut kemauannya sendiri. Oleh karena itu, orang-orang yang mukhlis di antara anak-anak negeri yang warganya baik ini, harus menyadari pelajarannya, dan menyudahi Sudan dari penelantaran yang berlangsung selama puluhan tahun di antara pemerintah agen Barat kafir imperialis, baik mereka sipil atau militer, atau antara yang ini dan itu. Semuanya telah dicoba dan semuanya gagal. Sebabnya adalah satu, yaitu bahwa penguasa tidak memiliki keputusan mereka sendiri, tetapi mereka hanya agen yang menjalankan perintah Barat kafir imperialis di negeri kita. Satu-satunya jalan keluar bagi Sudan dan negeri-negeri Muslim lainnya adalah mencampakkan sistem buatan manusia dan rendah ini, dan kembali kepada sistem Rabb semesta alam, Sang pencipta seluruh umat manusia, yang mengirim Rasul yang menjelaskan kepada kita bagaimana kita hidup dan bagaimana kita diatur di bawah negara, yang hukum-hukumnya berasal dari Kitabullah SWT dan Sunnah Rasul-Nya saw., yaitu Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian, yang dengannya kita mulia di dunia, hidup aman dan tenteram serta diridhai oleh Rabb kita SWT.

 

https://www.hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/alraiah-newspaper/77894.html

http://www.alraiah.net/index.php/political-analysis/item/6386-2021-09-28-16-45-03

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *