Wartawan Senior Sebut Keadilan Hakiki Terwujud Hanya ketika Khilafah Tegak

 Wartawan Senior Sebut Keadilan Hakiki Terwujud Hanya ketika Khilafah Tegak

MediaUmat.info –Melanjutkan Serial Islam Solusi Total dan Global yang sebelumnya membahas suksesi penegakan kembali khilafah butuh keistiqamahan kelompok dakwah, kali ini diungkapkan betapa keadilan yang benar-benar rahmatan lil ‘alamin juga terwujud ketika khilafah tegak.

“Bukan utopia, ini pernah terjadi, dan bisa terjadi lagi,” ungkap Wartawan Senior Edy Mulyadi dalam sebuah tulisan seri keempat berjudul Wajah Dunia dalam Naungan Keadilan Islam, yang diterima media-umat.info, Jumat (2/5/2025).

Sekadar diketahui, keadilan adalah pilar utama dalam konsep khilafah. Khalifah, sebagai pemimpin, bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan di seluruh wilayah kekuasaannya. Keadilan ini mencakup aspek hukum, peradilan, dan perlakuan yang adil terhadap seluruh warga negara, termasuk non-Muslim.

Adalah kemudian keadilan terwujud salah satunya dalam bentuk kehidupan tanpa pajak yang mencekik. Artinya ketika khilafah kembali tegak, sebagaimana telah terbukti secara empiris, tak akan ada pemerasan melalui pungutan pajak yang mencekik rakyat.

Berbeda dengan khilafah, sistem kapitalisme berikut pos-pos APBN di dalamnya yang dirancang berdasarkan undang-undang oleh parlemen. Proses ini semata-mata menggunakan akal dan hawa nafsu para anggotanya.

Alhasil, muncul regulasi pajak yang dipungut dari seluruh warga negara, baik kaya maupun miskin. Tak hanya itu utang berbasis riba juga dilakukan dan bahkan menjadi sumber utama untuk menutupi defisit anggaran.

Sementara kekayaan sumber daya alam yang seharusnya menjadi milik rakyat justru diserahkan kepada pihak swasta. Negara hanya memperoleh pendapatan berupa pajak dan nonpajak, yang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan besar yang dinikmati perusahaan swasta.

APBN sistem kapitalisme ini jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam karena mengabaikan hukum Allah SWT dan Rasul-Nya yang mengatur segala aspek kehidupan dan mewajibkan manusia untuk menaatinya.

Sumber Pendapatan Negara Khilafah

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Amwâl fî Dawlah al-Khilâfah, karya Syaikh Abdul Qadim Zallum, misalnya, Edy memaparkan seputar sumber-sumber pemasukan khilafah yang telah ditentukan secara rinci oleh syariah.

Di antaranya, harta yang diperoleh dari orang kafir melalui peperangan yang disebut sebagai anfâl dan ghanîmah. Di sisi lain juga ada fa’i, khumûs, kharâj dan jizyah.

Demikian pula harta milik umum sebagaimana hadits tentang kaum Muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, padang rumput, dan api. Hadits ini menegaskan ketiga hal tersebut merupakan hak bersama dan tidak boleh diprivatisasi atau dijadikan milik pribadi. Ditambah harta milik negara yang asal muasalnya juga telah ditentukan oleh syariat.

Demikian, dunia Islam pun berada dalam kondisi tanpa keserakahan kaum oligarki. Sebab, menurutnya, Islam sendiri melarang penguasaan kekayaan oleh segelintir elite berikut memastikan distribusi kekayaan yang adil dan merata.

“Agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu,” kata Edy, mengutip QS al-Hasyr: 7.

Demikian pula dunia Islam bakal berada dalam kondisi tanpa penjajahan global. Sebab, Islam datang justru untuk membebaskan manusia dari kezaliman penguasa tiran.

Terlebih kemudahan akses warga negara untuk memperoleh pendidikan maupun pelayanan kesehatan yang juga dijamin gratis namun berkualitas. “Semua gratis, termasuk kesehatan, (dan) negara wajib menjamin layanan publik yang bermutu,” paparnya.

Pun dari aspek kepemimpinan, para penguasa juga tak mudah kalau tidak bisa dikatakan mustahil, melakukan politik transaksional. Sebab, tak sekadar jabatan, kepemimpinan harus diyakini sebagai amanah yang bakal dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,” demikian sabda Nabi SAW.

Karena itu, sekali lagi ketika khilafah kembali tegak, dunia bakal dinaungi dengan keadilan, keberkahan, dan kemakmuran. “Inilah peradaban Islam. Bukan sekadar nostalgia sejarah, tapi proyek peradaban masa depan,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *