Utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack, mengunjungi Damaskus pada 8 Juli 2025, bertemu dengan Presiden Suriah Ahmad al-Syara’ dan Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Mazloum Abdi. Setelah pertemuan tersebut, utusan AS mengatakan, “Pasukan Demokratik Suriah (SDF) lambat merespons keinginan untuk bergabung dengan pemerintah. Hanya ada satu jalan ke depan bagi mereka, yaitu melalui Damaskus, dan pemerintah Suriah telah melakukan pekerjaan yang baik dalam memberikan berbagai pilihan kepada SDF” (aljazeera.net, 9/7/2025).
Utusan AS telah menjadi orang yang berupaya untuk membentuk Suriah baru, dipimpin oleh Ahmad al-Syara’. Ia datang dan pergi dari kantornya di Ankara sebagai Duta Besar AS di sana dan pejabat yang bertanggung jawab atas berkas Suriah. Sementara Ahmad al-Syara’ telah menjadi alat koordinasinya dengan Turki, yang telah merekrutnya sebagai antek Amerika.
Inilah sebabnya utusan AS menekan komandan SDF untuk melaksanakan perjanjian yang ditandatanganinya dengan presiden Suriah pada 10 Maret 2025. Perjanjian ini, yang digambarkan bersejarah, sebab menetapkan “gencatan senjata komprehensif dan integrasi institusi sipil dan militer SDF ke dalam negara Suriah, termasuk penyeberangan, bandara, dan ladang minyak.” Perjanjian ini menjamin hak semua warga Suriah untuk berpartisipasi secara politik tanpa diskriminasi. Kedua belah pihak berjanji untuk memastikan pemulangan para pengungsi, memerangi sisa-sisa rezim Basyar al-Assad, dan menolak segala upaya perpecahan atau perselisihan. Perjanjian ini diharapkan akan sepenuhnya diimplementasikan sebelum akhir tahun ini.
Amerika menolak persyaratan SDF, menuntut agar SDF membatalkan persyaratan desentralisasi dan mempertahankan independensi politiknya. Padahal semua tahu bahwa Amerika yang mendirikan dan mempersenjatai SDF untuk melawan ISIS dan yang ingin menegakkan pemerintahan Islam di Suriah. Namun, kini Amerika berusaha mengakhiri perannya, sama seperti Amerika ingin mengakhiri peran antek mana pun yang tidak lagi dibutuhkan, mungkin dengan menawarkan pekerjaan sebagai imbalannya. Dengan demikian, Amerika berupaya mengintegrasikan SDF ke dalam rezim Suriah yang dipimpin Ahmad al-Syara’, sebab Amerika telah menjamin subordinasinya, sehingga tidak perlu lagi mengorganisasi SDF yang independen atau membagi negara menjadi federasi atau kanton (hizb-ut-tahrir.info, 10/7/2025).
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat