Upaya Mesir dan Qatar untuk Menjembatani Perbedaan Pendapat Terkait Usulan Witkoff

Mesir dan Qatar pada hari Ahad (1/6) mengonfirmasi upaya berkelanjutan mereka untuk menjembatani perbedaan pendapat terkait usulan utusan AS Steve Witkoff guna mencapai kesepakatan yang mencakup gencatan senjata di Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan baru. Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan, “Kairo dan Doha terus berupaya untuk mendekatkan sudut pandang terkait usulan Amerika terkait gencatan senjata di Gaza,” dan menekankan bahwa usulan Amerika membuka jalan bagi dimulainya kembali perundingan tidak langsung.

Pernyataan itu menambahkan, “Kami tengah mengintensifkan upaya kami untuk mengatasi hambatan dalam memulai kembali perundingan, dan kami menghimbau para pihak untuk memikul tanggung jawab mereka.” “Kami berharap dapat mencapai gencatan senjata sementara selama enam pekan, sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif yang secara bertahap akan mengakhiri perang.”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa “perjanjian tersebut meliputi: gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan, masuknya bantuan kemanusiaan, dan dimulainya rekonstruksi,” seraya menambahkan bahwa “solusinya didasarkan pada ketentuan acuan KTT Arab di Kairo – Maret 2024.”

Mesir dan Qatar, khususnya terkait Gaza, terus memainkan peran sebagai ujung tombak kepentingan Amerika di kawasan. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menundukkan Hamas pada apa yang disebut rencana Amerika, yaitu tunduk kepada entitas Yahudi. Mereka bukannya mengerahkan pasukannya untuk memusnahkan entitas Yahudi dari muka bumi dan membebaskan Gaza dan seluruh Palestina, justru mereka mengerahkan seluruh upayanya untuk melayani Amerika, yang melindungi kepentingan entitas Yahudi.

Mencapai kesepakatan dengan entitas Yahudi hanya demi membebaskan para tawanan mereka. Padahal, seluruh dunia tahu bahwa mereka tidak akan menaati kesepakatan setelah membebaskan tawanan mereka, dan mereka akan melanjutkan genosidanya terhadap penduduk Gaza. Al-Quran menyebutkan dalam puluhan ayat bahwa orang-orang Yahudi tidak pernah menepati perjanjian mereka dengan Allah, bahkan setiap kali Allah menyelamatkan mereka dari kesulitan yang mereka alami, mereka kembali pada pemberontakan mereka sebelumnya (hizb-ut-tahrir.info, 2/6/2025).

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: