Menteri Negara Urusan Sosial Sudan, Salma Ishaq menyatakan Pasukan Dukungan Cepat, Rapid Support Forces (RSF) membunuh sekitar 300 perempuan dalam dua hari pertama setelah memasuki El-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara di Sudan barat. Ia mengonfirmasi bahwa para perempuan tersebut menjadi korban kekerasan seksual dan berbagai bentuk kekerasan serta penyiksaan. Ishaq menyatakan bahwa situasi di El Fasher sangat buruk, dan siapa pun yang meninggalkan kota kini berada dalam bahaya, karena jalan menuju Tawila telah menjadi jebakan kematian. Ia menambahkan bahwa banyak keluarga masih terjebak di El Fasher, menjadi sasaran penyeretan, penyiksaan, penghinaan, dan kekerasan seksual. Ia menggambarkan apa yang terjadi di kota itu sebagai “pembersihan etnis sistematis dan kejahatan besar di mana semua orang terlibat melalui kebisuan mereka.” (trtarabi.com, 2/11/2025).
**** **** ****
Sungguh memilukan dan membuat mata berkaca-kaca melihat darah tak berdosa tertumpah di Sudan, kehormatan perempuan dilecehkan, ribuan orang terusir dari rumah dan negeri mereka, kelaparan dan penyakit menyebar, sementara Amerika dapat menuai buah dari semua ini setelah memicu perang antara dua anteknya, Burhan dan Hemedti, untuk mencapai kepentingan dan tujuannya dengan menyingkirkan antek-antek Inggris dari kekuasaan, merampas kekayaan Sudan, dan memecah-belahnya menjadi negara-negara kecil yang perbatasannya digoreskan dengan darah, seperti yang terjadi ketika Sudan Selatan dipisahkan, dan seperti yang terjadi sekarang dengan kejahatan di wilayah Darfur, khususnya di El Fasher, bahkan situasi ini terus berlanjut di seluruh wilayah Sudan lainnya.
Terlepas dari semua kekejaman dan kejahatan yang terjadi dalam perang ini, dan terlepas dari krisis kemanusiaan yang besar di sana, sejauh ini hal tersebut belum cukup disoroti. Di satu sisi, terdapat peristiwa biasa, seperti gangguan internet, kurangnya peralatan, dan peristiwa lainnya yang biasa terjadi di lapangan, justru ini yang lebih disoroti dan dilaporkan. Di sisi lain, memang terdapat pemblokiran media yang disengaja, serta kegagalan untuk menyoroti penderitaan rakyat dan mengidentifikasi pelaku sebenarnya di balik apa yang terjadi, sampai-sampai banyak orang hanya mendengar tentang apa yang terjadi melalui media sosial, bahkan melalui penyebaran kejadian-kejadian dan gambar-gambar yang disiarkan oleh mereka yang melakukan pembantaian itu sendiri, yang membanggakan kejahatan mereka dan mengintimidasi orang-orang, juga melalui sorotan media atas kejadian-kejadian baru-baru ini, khususnya media-media yang melayani agenda-agenda Eropa, yang liputannya datang dalam rangka perebutan pengaruh mereka dengan Amerika di sana, untuk mempermalukan Amerika dan para anteknya, dalam rangka memberikan tekanan kepada mereka sebagai upaya untuk dapat memperoleh sedikit remah-remah dari semua kejahatan ini.
Hal terpenting yang harus disadari oleh kaum Muslim pada umumnya dan rakyat Sudan pada khususnya adalah hakikat konflik di Sudan, hakikat rencana yang dijalankan oleh Hemedti dan Burhan serta entitas yang mereka layani, serta tujuan yang ingin dicapai dari perang ini, agar mereka dapat menggagalkannya dan mendapatkan kembali kendali atas urusan mereka. Para syabāb (aktivis) Hizbut Tahrir telah berupaya keras dalam konteks ini, dan telah berulang kali memperingatkan mereka tentang apa yang sedang direncanakan untuk melawan Sudan dan rakyatnya, serta telah menunjukkan kepada mereka jalan menuju keselamatan. Tidak ada keselamatan bagi rakyat Sudan kecuali berjuang dan bekerja sama dengan Hizbut Tahrir, dan terus menekan orang-orang yang mukhlis di antara putra-putra mereka di militer untuk berpihak pada rakyat dan umat mereka, serta membalikkan rencana para penjajah agar mereka sendiri yang mengalami kehancuran. [] Baraah Munashirah
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 5/11/2025.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat