Ungkapan Mun’im Sirry Mengarah pada Penyakit Liberalisme

 Ungkapan Mun’im Sirry Mengarah pada Penyakit Liberalisme

Mediaumat.info – Ungkapan Prof. Mun’im Sirry dalam bukunya yang berjudul Think Outside the Box dinilai mengarahkan pada penyakit liberaslisme, karena menyuguhkan premis bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah sekaligus perkataan nabi Muhammad SAW, yang merupakan cara pandangnya bertentangan dengan keyakinan kebanyakan pemeluk Islam, karena umat Islam meyakini bahwa Al-Qur’an sepenuhnya turun dari Ilahi lewat nabi pilihannya.

“Sepertinya kalau liberalisme ini dari ungkapan-ungkapan yang bersangkutan itu memang arahnya ke sini (liberalisme),” ujar Pengasuh Majelis Taklim Darul Hikmah Ustadz M. Taufik NT dalam Kabar Petang: Bantahan untuk Prof. Mun’im Sirry yang Mengatakan Al-Qur’an Kalam Allah dan Kalam Nabi, Sabtu (13/7/2024) di kanal YouTube Khilafah News.

Ungkapan Mun’im Sirry ini, lanjutnya, didasari pada pembelajaran filsafat yang tidak dibatasi penggunaan logikanya.

“Logika dia (Mun’im Sirry) gunakan untuk sesuatu yang di luar jangkauan akal manusia, yakni pembahasan sifat Allah SWT, sehingga banyaklah dari para ulama itu mewanti-wantinya (filsafat yang tidak dibatasi),” lanjutnya.

Sebetulnya, bebernya, ilmu otak manusia atau logika manusia itu tidak bisa diterapkan dalam pembahasan sifat Allah SWT, karena bisa kontradiksi dan itu sudah terjadi sejak zaman dulu.

“Ada aliiran Jabariah, Mu’tazilah, dan lain-lain itu kan karena menggunakan ini, menggunakan apa? Mantik ya, atau filsafat untuk membahas sifat-sifat Allah SWT, nanti kalau membahas sifat Allah kalam tadi pakai logika ya ketemunya begitu yang satu ingin mensucikan Allah sehingga kalam Allah itu enggak ada suaranya, enggak ada hurufnya, enggak ada urutannya. Nah, itu karena enggak sama dengan kalam manusia,” jelasnya.

Karena itulah, ungkapnya, para ulama di satu sisi mengatakan kalamullah itu tidak seperti kalam manusia, tidak pakai huruf, tidak pakai suara dan sebagainya, itu mereka (para ulama) juga membahas lagi, itu kalam madlul atau kalam nafsi (kalam tanpa huruf dan tanpa suara) namun berada kalam hissi (kalam yang diciptakan oleh Allah yang diletakan pada Lauhul Mahfudz).

“Tidak kemudian pembahasannya, ‘Oh, berarti yang bikin kalam ini manusia.” Ndak begitu arahnya sehingga kalau seperti ini problemnya mestinya yang perlu sangat diperhatikan itu adalah mengukur diri saja. Kita belajar filsafat? Iya, misalnya. Belajar filsafat logika mantik kita pelajari, tapi ada batasannya tadi, yakni jangan membahas sifat-sifat Allah dengan menggunakan logika. Kalau pakai logika ya kayak tadilah, bisa kesimpulannya pakai logika dan bertolak belakang,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *