Umat Islam Tanpa Khalifah, Seperti Tubuh Tanpa Kepala

MediaUmat Pasca Khilafah Utsmani runtuh pada 3 Maret 1924, terungkap peran penting para ulama Nusantara dalam upaya penegakan kembali sistem pemerintahan Islam tersebut, termasuk di antaranya Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau lebih dikenal di Indonesia sebagai H.O.S. Tjokroaminoto, yang dengan lantang menyatakan “Umat Islam tanpa khalifah seperti tubuh tanpa kepala”.

Peran juang ulama Nusantara ini dipaparkan Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana dalam video pendek Umat Islam “Tanpa Kepala”, Selasa (7/10/2025) di akun TikTok pribadinya Agung Wisnuwardana.

Untuk diketahui sebelumnya, pernyataan HOS Tjokroaminoto bahwa umat Islam tanpa khalifah bagai manusia tanpa kepala, disuarakan dalam Kongres Al-Islam VI yang diselenggarakan di Surabaya pada September 1926, untuk melaporkan hasil perjalanannya ke Kongres Khalifah Makkah pada tahun yang sama.

Seruan lantang tersebut, menurut Agung sangat luar biasa. Sebab, di saat dunia Islam sibuk berduka atas runtuhnya sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah Islamiah berikut terusirnya sang Khalifah dari Kekhilafahan, justru Tjokroaminoto menghentak ulama Nusantara yang lain ketika itu, untuk turut memikirkan dan memperjuangkan tegaknya kembali kepemimpinan Islam tersebut.

“Beliau sadar, tanpa khalifah umat seperti tubuh tanpa kepala. Tak punya arah, tak punya pelindung dan mudah dikendalikan oleh kekuatan asing,” kata Agung kembali menandaskan.

Bahkan pada tahun 1918, disebabkan kalah total dari Inggris dan Prancis dalam Perang Dunia Pertama, Khilafah Utsmani yang sebelumnya menguasai tiga benua, tidak lagi punya kekuatan bahkan untuk melindungi ibu kotanya sendiri.

Bertambah celaka, pasca ditandatangani Perjanjian Sèvres (1920) yang pada dasarnya membubarkan Kekhilafahan Utsmani dan memecah wilayahnya menjadi beberapa negara serta zona pengaruh, seperti wilayah Arab di bawah mandat Inggris dan Prancis, muncullah sosok Mustafa Kemal yang membawa janji kemerdekaan, tetapi dengan harga yang mahal, yaitu menghapus Islam dari negara.

Namun demikian, di tengah negeri-negeri Islam yang dijajah satu per satu, Allah SWT ternyata masih menyisakan sisa-sisa ruh perjuangan. Di Mesir, muncul Hasan al-Banna yang mendirikan Ikhwanul Muslimin (1928); di Indonesia, muncul Haji Agus Salim, Tjokroaminoto, dan para pejuang Islam lainnya; di India, bangkit Abul A’la al-Maududi dengan pemikiran sistem Islam.

Artinya, mereka masih memiliki pandangan jernih yang lahir dari keimanan mendalam, dan memahami bahwa Islam tak mungkin sempurna tanpa kekuasaan berikut penegakan syariah di dalamnya.

Untuk itu, Agung mengajak segenap kaum Muslim untuk senantiasa melanjutkan perjuangan para ulama terdahulu, yang tak lain menegakkan kembali khilafah sebagai puncak persatuan dan kemuliaan umat Islam.

Pun yang lebih penting, tambahnya, seruan ini membuktikan bahwasanya khilafah bukanlah mimpi masa lalu. Tetapi merupakan proyek peradaban Islam masa depan.

Maka, umat hendaknya menyebarluaskan seruan penegakan kembali khilafah ini.

“Yuk sebarluaskan agar suara perjuangan Haji Oemar Said Tjokroaminoto untuk tegaknya kembali Khilafah menggema dan hidup kembali di seluruh bagian negeri ini,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: