UIY: Selepas Ramadhan, Harus Tetap Jadikan Takwa sebagai Hal Terpenting

 UIY: Selepas Ramadhan, Harus Tetap Jadikan Takwa sebagai Hal Terpenting

Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengingatkan sebuah pesan penting usai bulan Ramadhan yakni harus tetap menjadikan takwa sebagai hal terpenting dalam kehidupan.

“Jadi ini sekali lagi musti menjadi pusat perhatian kita dan inilah pesan penting selepas bulan Ramadhan, tetap harus menjadikan takwa itu sebagai hal yang terpenting dalam kehidupan kita ini,” ucapnya dalam Dialog Syawal Temu Tokoh Perubahan: Bahagia di Tengah Derita, Saatnya Berubah, Sabtu (19/4/2025) di Jakarta yang disiarkan kanal YouTube One Ummah TV.

Pasalnya, jelas UIY, tujuan atau hikmah utama dari kewajiban di dalam bulan Ramadhan adalah takwa.

“Jadi, takwa ini sesuatu yang sangat istimewa, karena takwa itulah yang bahkan menjadi penentu kemuliaan kita di hadapan Allah SWT,” ujarnya.

Ia mengingatkan, kemuliaan umat Islam di hadapan Allah SWT bukanlah dipandang berdasarkan pangkat atau derajat, ilmu, kekayaan serta raut wajahnya yakni ganteng atau cantik. Melainkan takwa yang menentukan posisi di akhirat kelak.

“Posisi kita di akhirat cuma ada dua kemungkinan, kalau tidak menjadi ashabul yamin (golongan kanan/penghuni surga) ya ashabul syimal atau golongan kiri, penghuni neraka,” ungkapnya.

Tentu saja, sebut UIY, seluruh umat Islam tidak ingin menjadi bagian dari golongan kiri. Lantaran, itu merupakan tempat yang disebut Allah SWT sebagai seburuk-buruknya tempat kembali.

“Yang siksanya paling ringan dipakaikan alas kaki dari api neraka, membuat otak mendidih. Sekali waktu boleh berjalan kaki di atas aspal yang paling panas di tengah terik matahari, kaki melepuh mungkin tapi tak bisa membuat otak mendidih, itu siksa paling ringan,” jelasnya.

Sehingga ia meyakini, semua umat Islam lebih menginginkan menjadi bagian dari ashabul yamin, dan takwa kepada Allah SWT menjadi kunci menuju ke sana.

“Begitulah kita baca dalam ujung surah az-Zumar, dimasukkan ke dalam surga orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka zumara, Imam Ibnu Katsir mengartikan zumara sebagai berkelompok, berkelompok, berjamaah, berjamaah,” terangnya.

Dengan demikian, ia memandang, takwa pulalah yang akan menentukan keberkahan hidup, sehingga semestinya takwa menjadi pusat perhatian kaum Muslim.

“(Pusat) seluruh potensi hidup kita, waktu, tenaga, pikiran, ilmu, pangkat, jabatan bahkan nyawa kita kerahkan untuk memperolah takwa sebaik-baiknya bukan sebaliknya,” pesannya.

Namun, ia melihat kondisi saat ini begitu miris, kecenderungan besar mengorbankan takwa demi meraih jabatan, kekayaan, serta jodoh. Meraih jodoh bukan demi memperoleh ketakwaan melainkan mengorbankan takwa dengan murtad.

“Nah apa tanda dari orang bertakwa ini, orang bertakwa orang yang paling takut kepada Allah yang Mahatinggi,” tegasnya.

Meski demikian, ia menilai ketakutan kepada Allah SWT tidak terlihat kepada presiden Indonesia. Presiden merasa tidak ada yang ditakuti dan bisa berbuat apa yang diinginkannya, bisa mengatur apa pun serta mengubah aturan demi memenuhi hasrat kekuasaannya.

“Karena dia sudah tidak ada yang ditakuti ketika aparat penegak hukum sudah di tangan dia, KPK di tangan dia, kepolisian di tangan dia, kejaksaan di tangan bahkan ulama di tangan dia terus apa yang ditakuti? Dia tahu persis tidak ada yang ditakuti. Dari situ pentingnya takut kepada Allah. Semakin tinggi punya jabatan harusnya rasa takut kepada Allah semakin tinggi. Kalau tidak, dengan kekuasaannya itu dia bisa melakukan apa pun,” pungkasnya.[] Taufan

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *