UIY Sebut Perang Dagang AS-Cina Dilatarbelakangi Politik Chauvinistik

 UIY Sebut Perang Dagang AS-Cina Dilatarbelakangi Politik Chauvinistik

MediaUmat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyebutkan perang dagang Amerika Serikat versus Cina dilatarbelakangi oleh politik chauvinistik (sikap superioritas atau dominasi suatu negara terhadap negara lain) Presiden AS Donald Trump.

“Ini bisa kita baca, inilah politik chauvinistik. Jadi model nasionalisme chauvinistik yang seperti digembar-gemborkan oleh Trump dalam kampanye pilpres kemarin, Make America Great Again, America First, dan seterusnya,” tuturnya dalam Fokus to The Point: Perang Dagang Watak Rakus Trump, Sabtu (19/4/2025) di kanal YouTube UIY Official.

Salah satu perwujudan dari politik chauvinistik ini, menurut UIY, adalah proteksionisme (kebijakan politik ekonomi yang bertujuan melindungi industri dalam negeri).

“Jadi, dia membangun apa yang disebut barrier to entry (hambatan masuk),” ujarnya.

Menurutnya, barrier to entry ini, biasanya melalui dua model atau dua cara. Pertama, dengan kuota, seperti yang diberlakukan terhadap tekstil dari Indonesia. Kedua, tarif. “Tampaknya Trump memilih yang kedua, tarif,” jelasnya.

Jadi, terangnya, terhadap barang yang masuk ke AS dikenakan tarif melebihi yang sudah berjalan selama ini.

“Rata-rata di 32%, tapi kemudian dibalas oleh Cina 84%, dan lalu dibalas lagi oleh Amerika sampai 125%,” ungkapnya.

UIY menegaskan, inilah yang kemudian disebut sebagai perang dagang.

“Maksudnya, tentu Trump berharap bahwa industri dalam negeri atau ekonomi Amerika itu menjadi lebih sehat, lebih baik, sebagaimana yang diingini oleh para petani di Amerika, bahwa produk mereka itu terlindungi dari ancaman produk-produk luar yang masuk ke Amerika dalam harga yang lebih rendah, utamanya dari Cina,” paparnya.

Negara Industri Luar Biasa

UIY menerangkan, sejak beberapa dekade terakhir, Cina ini telah menjadi satu negara industri yang luar biasa.

“Luar biasa di dalam industri, luar biasa di dalam kemajuan teknologi, dan yang sulit dilawan adalah luar biasa dari sisi harga,” terangnya.

UIY memandang, ketika barang-barang dari Cina ini masuk ke berbagai negara, termasuk Indonesia, sebenarnya, cepat atau lambat dia akan memberikan impact (dampak) buruk terhadap industri manufaktur di negara itu.

“Mengapa? karena, bila kualitasnya bagus, inovasi teknologinya bagus, kemudian harganya lebih murah, maka konsumen dengan sendirinya akan beralih ke barang-barang itu. Dan itulah yang dirasakan oleh Amerika,” pungkasnya.[] ‘Aziimatul Azka

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *