Mediaumat.info – Peran para tokoh terkait sikap penolakan terhadap hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, dinilai sangat penting untuk menghentikan kecurangan yang diduga kuat dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
“Peran tokoh sangat penting untuk menghentikan kecenderungan yang sangat mengkhawatirkan ini,” ujar Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam Fokus: Protes 100 Tokoh, Ada Apa? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (25/2/2024).
Adalah sebelumnya, di antara 100 tokoh dimaksud, Din Syamsuddn, pimpinan Pernyataan 100 Tokoh Tolak Hasil Pilpres 2024 ini, menyampaikan sikap penolakan di sebuah hotel kawasan Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2024).
“Kami dengan penuh kesadaran dan keyakinan menolak hasil pemungutan dan perhitungan suara pilpres yang sedang berlangsung dan kelanjutannya,” kata Din saat membacakan pernyataan sikap.
Selain penyimpangan pelaksanaan pilpres dari ketentuan perundangan yang berlaku, tahapan hingga penayangan hasil hitung cepat (quick count) serta real count (perhitungan nyata/resmi) Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga diduga kuat sarat dengan rekayasa seputar data informasi dan teknologi (IT).
Tak ayal, indikasi penggelembungan suara di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk paslon 02, mereka persoalkan hingga muncul pernyataan sikap 100 tokoh ini.
Belum lagi, berbagai bentuk intimidasi, tekanan, bahkan ancaman terhadap masyarakat, serta pengerahan aparat pemerintahan untuk mendukung pasangan calon 02, hingga keberpihakan Presiden Joko Widodo berikut pemberian bantuan sosial (bansos) yang dilancarkan jelang pemungutan suara.
Karenanya, lanjut UIY menegaskan, kecenderungan berubahnya sebuah negara hukum menjadi negara kekuasaan, sebagaimana ia sebut sebelumnya, harus segera dihentikan.
“Apa jadinya para tokoh yang dianggap punya wawasan yang lebih luas dari rakyat, diam saja,” sebutnya.
Tepat
“Karena itu sudah tepat bahwa para tokoh itu bertindak,” sambungnya, yang berarti apa yang terjadi saat ini memang harus dihentikan.
Maknanya, sebagaimana perintah Allah SWT seputar keharusan beramar makruf nahi mungkar, yang bisa dilakukan para tokoh adalah menyampaikan dengan lisan.
“Kalau engkau melihat kemungkaran, ubahlah dengan tanganmu, dengan kekuasaanmu, dengan kewenanganmu. Apabila tidak mampu, ubahlah dengan lisan,” ucapnya, mengutip penggalan sebuah hadits.
Untuk itu, sekali lagi UIY memaparkan sikap 100 tokoh ini sangat penting di saat banyaknya cendekiawan yang justru tergoda kekuasaan. “Ini sangat penting di saat yang sama tidak sedikit para cendekiawan yang terkooptasi,” pungkasnya. [] Zainul Krian