Mediaumat.info – Terlepas dari kemungkinan adanya nada-nada partisan ataupun pragmatisme, kritikan moral dari civitas academica untuk sikap Presiden Joko Widodo seputar pemilu, dinilai sebagai bagian dari upaya amar ma’ruf nahi mungkar yang penting.
“Itulah kenapa kalau kita pakai bahasa agama itu, itu amar ma’ruf, itu penting sekali,” ujar Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam Diskusi Online: Rezim Makin Keterlaluan, Dunia Kampus Bereaksi Keras, Ahad (4/2/2024) di kanal YouTube Media Umat.
Seperti diketahui, salah satunya berawal dari gagasan berupa Petisi Bulaksumur UGM (31/1), pernyataan sikap yang meminta penyelenggara negara khususnya Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menjalankan kewajiban konstitusionalnya, kritikan serupa pun makin masif disuarakan para akademisi.
Dengan kata lain, terutama untuk mengawal dan mewujudkan Pemilu 2024 yang jujur dan adil, civitas academica dari berbagai kampus di Indonesia, memperingatkan Jokowi agar tidak mencla-mencle atas ucapan mulai dari keterlibatan anaknya sampai masalah kampanye.
Terlebih, menurut mereka, sikap presiden cenderung melanggar etika. Padahal, seperti dipahami bersama, etika memberikan takhta pada rasa keadilan.
Lantaran itu, kata UIY lebih lanjut, sikap civitas academica tersebut pun dinilai sebagai alarm untuk mengantisipasi peristiwa yang lebih mengerikan lagi dari bangsa ini ke depan.
“Menurut saya itu akan menjadi sebuah alarm yang sangat mengerikan bagi bangsa ini ke depan,” tandasnya.
Pasalnya, apabila tidak ada pihak yang ‘menentang’ ataupun ‘bersuara sumbang‘, boleh jadi penguasa cenderung mengambil kesimpulan yang sebenarnya sangat berbahaya bagi kemaslahatan umat.
“Ini sekali lagi sangat berbahaya,” sebutnya, seputar aktivitas penguasa dalam hal ini presiden, yang sekali lagi bisa saja melakukan kegiatan lebih keterlaluan lagi daripada sekadar keberpihakan pada salah satu capres-cawapres 2024.
Wajib
Di sisi lain, UIY menyampaikan, aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar bagi umat Islam adalah wajib. Dan siapa pun dari kita yang meninggalkannya, maka Allah SWT bakal menimpakan hukuman, di antaranya bakal menguasakan orang jahat atas umat.
“Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka),” demikian bunyi hadits yang diriwayatkan Abu Dzar.
Maknanya, apabila umat tidak menginginkan orang jahat menguasai mereka, maka umat tak boleh berhenti beramar ma’ruf nahi mungkar.
Bahkan kata UIY menambahkan, umat harus berupaya lebih keras lagi di dalam melakukan aktivitas mulia dan agung ini. “Atau bahkan lebih keras lagi amar ma’ruf nahi mungkar,” pungkasnya. [] Zainul Krian