UIY: Komunisme Gaya Baru Lebih Bahaya

Mediaumat.news – Menyikapi isu kebangkitan komunisme yang sedang viral dengan embel-embel gaya baru akhir-akhir ini, Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, komunisme gaya baru malah lebih berbahaya dari komunisme lama.

“Komunisme gaya baru ini jauh lebih berbahaya dari komunisme lama, karena sekarang disertai dengan kekuatan ekonomi,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Rabu (29/9/2021).

UIY menjelaskan, PKI memang sudah lama dibubarkan. Tetapi, bukan berarti komunisme-sosialisme juga turut bubar. Apalagi faktanya, Partai Komunis Cina (PKC) masih ada. Bahkan menurutnya, partai tersebut mampu membawa Cina menjadi adikuasa baru yang berani menantang hegemoni Barat, khususnya Amerika Serikat.

Baginya, meski dari sisi ekonomi negara, PKC dengan Xi Jinpingnya tidak lagi mengikuti sosialisme, tetapi sebagai sebuah ideologi, sosialisme-komunisme akan terus ada sepanjang ada yang meyakini serta mengembannya. “Inilah komunisme gaya baru. Komunis dari sisi akidah dan ideologi politiknya, kapitalisme, persisnya kapitalisme negara (state capitalism) dari sisi ekonominya,” tandasnya.

Bahkan dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki saat ini, Cina bisa membeli apa pun, termasuk rezim yang tengah berkuasa di sebuah negara, seperti di negeri ini. “Kombinasi antara kekuatan uang, militer, SDM, bisa menggilas lawan dari mana pun datangnya, termasuk kaum Muslim,” tambahnya.

Namun yang sangat ia sesalkan adalah tak sedikit tokoh politik kontemporer saat ini, termasuk sejumlah tokoh dari ormas Islam yang tidak lagi menganggap komunisme sebagai bahaya. “Mereka malah mengatakan radikalisme (Islam) itulah yang lebih berbahaya,” sesalnya.

Konsolidasi

Dengan melihat fenomena tersebut, UIY, mengajak umat untuk bergegas mengonsolidasikan diri, terutama pemikiran dan ideologi, agar tidak mudah dirembasi komunisme gaya baru tersebut.

Umat pun harus senantiasa melakukan pembinaan dan pengaderan secara intensif serta masif. “Memang tidak mudah, karena di saat bersamaan, berkembang juga tuduhan radikalisme kepada siapa saja yang menampakkan kekokohan terhadap Islam yang kafah,” ucapnya.

Sama halnya dengan konsolidasi organisasi, yang menurutnya juga harus dilakukan melalui pertemuan atau dialog-dialog antar berbagai jejaring komponen umat. Di samping itu, UIY juga menekankan, hal itu dilanjutkan dengan konsolidasi gerak, agar tantangan yang sudah demikian nyata itu bisa dihadapi bersama.

Kendati begitu, dengan merasakan betapa upaya juang umat sangat tidak mudah, ia tetap berharap, umat tidak menjadikannya suatu persoalan berat. Sebab memang begitulah tantangan dakwah politik ideologis. “Tapi tak mengapa, begitulah tantangan harus dihadapi,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: