UIY: Kemerdekaan Atas Rahmat Allah, Mestinya Diatur Syariat-Nya

MediaUmat – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bila sadar kemerdekaan Indonesia lahir semata-mata atas rahmat Allah SWT sudah semestinya negara ini diatur syariat Islam.
“Kalau kita sadar kemerdekaan itu atas berkat rahmat Allah, maka mestinya negara ini diatur sesuai dengan kehendak Allah,” tegasnya dalam siniar Spirit Islam, Jihad, dan Kemerdekaan: Sejarah yang Disembunyikan! di kanal YouTube UIY Official, Senin (18/8/2025).
Lebih jauh, UIY menjelaskan bahwa frasa “atas berkat rahmat Allah” dalam Pembukaan UUD 1945 bukan sekadar hiasan retoris, melainkan fondasi teologis yang menegaskan kemerdekaan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari campur tangan Allah.
“Itu Allah, dan Allah siapa yang dimaksud, sehingga bukan Allah Subhanahu wa Ta’ala? Karena itulah… arah pengaturan negara tidak boleh lepas dari hukum-hukum Allah yang memberi kemerdekaan,” jelasnya.
Sejak awal, Islam hadir membawa misi pembebasan manusia dari segala bentuk penghambaan selain kepada Allah. “Islam itu mengajarkan kepada kita untuk tidak… tunduk kepada kezaliman… kalau dalam bahasa kita itu tahrirun nas—membebaskan manusia dari penghambaan terhadap manusia kepada penghambaan terhadap Tuhan,” ujarnya.
Spirit jihad inilah, menurutnya, yang menjadi pendorong kuat perlawanan bangsa terhadap penjajah. “Jika ada spirit yang begitu kuat mendorong melawan penjajahan, tidak ada lain kecuali spirit Islam. Spirit melawan kezaliman,” katanya.
Fondasi teologis jihad—baik difā‘ī (defensif) maupun hujūmī (ofensif)—berakar pada tauhid dan melahirkan keberanian para pejuang.
“Basis teologinya itu ada… Dan tauhid itu yang membawa semangat, keberanian luar biasa, tidak takut mati. Karena kematian… dalam melawan kezaliman itu adalah syahid,” terangnya.
Dari sisi sejarah politik, UIY menegaskan konsistensi ulama memperjuangkan Islam sebagai dasar negara—dari BPUPKI hingga Konstituante. “Kalau ulama kita telah menunjukkan perjuangan mereka melanjutkan aspirasi Islam, mestinya sekarang kita juga melanjutkan,” ungkapnya.
UIY lalu mengingatkan, sejarah resmi sering dipelintir untuk mengecilkan peran Islam. Salah satunya dengan mengedepankan Budi Utomo ketimbang Syarikat Islam sebagai pelopor kebangkitan nasional.
“Inilah yang… disebut pengaburan dan penguburan sejarah,” ujarnya.
Bagi para ulama, tegas UIY, Islam adalah sumber makna bagi seluruh aspek kehidupan, bukan sekadar ibadah ritual.
“Ibadah itu adalah ketaatan kepada Allah dalam keseluruhan aspek kehidupan, termasuk… bermasyarakat dan bernegara,” jelasnya.
Menolak syariat, menurut UIY, sama saja dengan menolak sejarah perjuangan bangsa. “Justru mereka yang memperjuangkan hukum Allah agar tegak sebagai dasar pengaturan kehidupan masyarakat itulah yang historis. Sedangkan mereka yang menentang, itu yang ahistoris,” tegasnya.
Sebagai penutup, UIY menyerukan agar bangsa Indonesia mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan menegakkan hukum Allah.
“Itulah yang diperjuangkan para ulama dahulu, dan mestinya sekarang juga kita melanjutkan. Kalau kita melanjutkan ini justru yang historik,” pungkasnya.[] Zainard
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat