Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyatakan kemajuan materi yang tidak dilandasi agama hanya akan membawa kehampaan dan pada akhirnya berujung pada kehancuran.
“Jepang sudah membuktikan bahwa kemajuan materi tanpa agama tidak akan membawa kebahagiaan sejati. Jika mereka ingin selamat dari kehancuran, mereka perlu menemukan kembali makna hidup yang sejati, dan Islam memiliki jawaban untuk itu,” ujarnya dalam siniar Islam di Jepang, Tidak Cukup Spiritualitas yang ditayangkan kanal YouTube UIY Official, Senin (17/3/2025).
Menurutnya, Jepang mengalami krisis sosial yang semakin kompleks meskipun memiliki kemajuan ekonomi dan teknologi yang tinggi. Penurunan angka kelahiran, meningkatnya jumlah individu yang memilih hidup sendiri, serta lonjakan angka bunuh diri menjadi indikasi serius dari dampak kehidupan yang berorientasi pada materialisme semata.
“Mereka mencoba berbagai cara, memberikan insentif pernikahan, bahkan menyediakan aplikasi kencan. Tapi semua itu tidak bisa menyelesaikan masalah karena ada satu hal yang hilang: alasan mendasar untuk menikah dan punya anak,” jelasnya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Jepang tidak hanya mengalami krisis ekonomi dan sosial, tetapi juga kehilangan arah dan tujuan hidup yang hakiki. Tanpa fondasi spiritual yang kuat, masyarakat Jepang cenderung terjebak dalam rutinitas materialisme yang tidak memberikan makna sejati dalam kehidupan mereka.
Selain krisis demografi, Jepang juga mengalami kekosongan spiritual. Kekosongan spiritual di Jepang mendorong banyak orang mencari ketenangan melalui berbagai aliran kepercayaan. Namun, tanpa prinsip agama yang kuat, pencarian ini justru membuka peluang bagi penyimpangan dan eksploitasi.
“Salah satu contohnya adalah sekte Aum Shinrikyo yang dipimpin oleh Shoko Asahara. Ia memanfaatkan spiritualisme yang berkembang di Jepang untuk membangun sekte yang akhirnya melakukan serangan gas sarin di Tokyo pada 20 Maret 1995,” sebutnya.
Menurutnya, salah satu aspek penting dalam ajaran Islam yang memberikan arah hidup adalah konsep keluarga. Dalam Islam, membangun keluarga bukan sekadar hubungan sosial, tetapi juga memiliki nilai ibadah yang mendalam.
“Dalam Islam, pernikahan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga bagian dari ibadah dan jalan untuk mendapatkan ketenangan hidup,” katanya.
Islam, jelas UIY, menawarkan solusi yang lebih holistik untuk mengatasi krisis ini. Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai institusi sosial, tetapi juga sebagai bagian dari ibadah dengan tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan spiritual dalam kehidupan, individu tidak hanya fokus pada kepuasan materi, tetapi juga pada keseimbangan batin.
“Islam memberikan panduan hidup yang jelas. Ia menjawab pertanyaan besar manusia: mengapa kita hidup, untuk apa kita menikah, mengapa kita harus memiliki anak, dan bagaimana menjalani kehidupan dengan penuh makna,” pungkasnya.
Jepang bukan satu-satunya negara yang menghadapi dilema antara kemajuan materi dan krisis nilai. Fenomena serupa juga terjadi di negara-negara maju lain yang semakin sekuler. Dalam konteks ini, Islam tidak hanya menjadi jawaban bagi Jepang, tetapi juga bagi dunia yang terus mencari keseimbangan antara kemajuan dan makna hidup.
“Tanpa agama, manusia akan kehilangan arah hidupnya. Islam hadir bukan hanya sebagai keyakinan, tetapi juga sebagai sistem yang memberikan solusi bagi kehidupan manusia secara menyeluruh,” pungkasnya.[] Zainard
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat