UIY: Ekonomi Indonesia Rapuh karena Kapitalisme

MediaUmat Menyikapi persoalan krisis ekonomi serta jalan keluarnya, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyatakan sistem ekonomi kapitalisme sangat rapuh, sementara sistem ekonomi Islam stabil dan kokoh.

“Ekonomi kita rapuh karena kapitalisme. Solusinya adalah Islam,” tegasnya dalam tajuk Kerapuhan Kapitalisme vs Ketangguhan Syariah: Jalan Selamat bagi Umat dan Dunia, Senin (22/9/2025) di kanal YouTube UIY Official.

Menurut UIY, krisis sistem kapitalis bersifat siklik. Pertumbuhan ekonomi tampak naik, tetapi sesungguhnya sedang menuju puncak sebelum akhirnya jatuh. Fenomena ini terbukti di Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang muncul setiap 5–7 tahun sekali.

“Dalam 100 tahun terakhir, penelitian Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia menunjukkan sekitar 20 kali krisis terjadi di negeri ini,” ujarnya.

Faktor utama kerentanan itu adalah sistem keuangan yang berbasis riba. UIY memaparkan, “Sistem keuangannya berbasis riba. Tidak ada satu pun transaksi dalam sistem ekonomi kapitalis yang bebas dari riba. Mulai dari perbankan, asuransi, leasing, sampai gadai semuanya riba. Riba itu sumber labilitas.”

Ia menegaskan, ketidakstabilan ini membuat bank kesulitan menyalurkan kredit. Jika suku bunga rendah, orang enggan menabung; jika tinggi, pengusaha terbebani biaya lebih besar. “Itu problematik,” jelasnya.

UIY menekankan, solusi Islam ada dua. Pertama, jenis mata uang harus berupa real money, bukan fiat money yang hanya nominal. “Kalau yang ada sekarang ini uang kertas, dia tidak menyimpan kekayaan secara riil. Nilai nominalnya tidak ditopang oleh nilai intrinsik,” jelasnya.

UIY menegaskan pentingnya real money untuk menjaga purchasing power dan stabilitas ekonomi. Ia contohkan, “Misalnya, biaya naik haji sebelum krisis setara 218 gram emas, sementara nominal sama sekarang hanya setara 40 gram emas.”

Penekanan ini menunjukkan bagaimana emas mempertahankan nilai kekayaan, berbeda dengan fiat money yang terus menurun daya belinya.

Kedua, fungsi uang dalam sistem syariah harus hanya sebagai alat tukar, bukan komoditas yang diperdagangkan dengan bunga.

“Uang harus menjadi alat tukar, bukan komoditas. Kalau tidak, stabilitas ekonomi akan labil.”

Ia menambahkan, kapitalisme mengajarkan sebaliknya, dan itu adalah sumber labilitas ekonomi. “Ketika labil, tidak pernah ada ekonomi yang steady,” tegasnya.

UIY menekankan pentingnya memahami ekonomi Islam secara mendalam. Ia mengingatkan, gagasan ini sering dituduh radikal sehingga tidak masuk dalam perbincangan umum, padahal memberikan solusi nyata bagi stabilitas umat. “Radikal itu tudingan penghambat kemajuan,” ujarnya.

Dalam pandangan UIY, kapitalisme hanya menguntungkan segelintir orang sementara mayoritas umat terpuruk.

“Kapitalisme itu rapuh, karena hanya menguntungkan segelintir orang, sementara mayoritas umat manusia dibiarkan terpuruk,” tandasnya.[] Zainard

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: