UIY: BRICS Memberi Pelajaran akan Pentingnya Persatuan

 UIY: BRICS Memberi Pelajaran akan Pentingnya Persatuan

MediaUmat Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) membeberkan bahwasanya persatuan beberapa negara termasuk Indonesia ke dalam forum Brazil Rusia India Cina South Africa (BRICS) yang berpotensi menggeser hegemoni Amerika Serikat (AS) memberikan pelajaran penting kepada umat Islam akan persatuan.

“Nah karena itu maka semestinya munculnya BRICS ini memberi pelajaran kepada kita (umat Islam) tentang pentingnya persatuan,” ujarnya dalam Focus to The Point: BRICS VS AS, di Mana Posisi Umat Islam? di kanal YouTube UIY Official, Senin (14/7/2025).

Karena, menurutnya, BRICS ini menjadi bukti bahwa persatuan itu menimbulkan kekuatan.

“Kalau Rusia sendiri mungkin tidak berani, Cina sendiri enggak berani, India sendiri enggak berani. Tapi kalau digabung 3,2 miliar (orang) besar sekali itu. Nah jadi hal serupa akan terjadi pada umat Islam ketika umat Islam itu bersatu, itu 2 miliar! Itu sudah sangat signifikan itu,” ujarnya.

Kalau berbicara tentang persatuan, lanjutnya, umat Islam punya dasar-dasar yang sangat kokoh tidak seperti halnya BRICS yang didasari kepentingan pragmatis.

“Ajaranya memang menyatukan, mestinya menyatukan kita. Kita ini bersatu bukan karena kepentingan pragmatisme, sebagaimana India, Cina, dan Rusia. Kita bersatu karena Tuhannya sama, Nabi kita satu Muhammad SAW, kitab kita satu: Al Qur’an, kiblat kita satu: Ka’bah baitullah. Lalu mengapa kita berjalan sendiri-sendiri dengan sistem sendiri-sendiri? Dengan pemimpin sendiri (dari kalangan Muslim sendiri) ketika kita bersatu dan itu persatuan yang sangat kokoh,” tegasnya.

Persatuan BRICS, bebernya, itu tidak didasarkan legally binding (mengikat secara hukum) atau tidak ada ikatan hukum mereka, itu hanyalah kesepakatan saja.

“Jauh lebih kokoh Uni Eropa yang melalui Traktat Maastricht. (Perjanjian Uni Eropa) memang merupakan sebuah peleburan,” sebut UIY.

Makanya, jelas UIY, coba lihat itu. Enggak ada Deutsche Mark (mata uang Jerman), enggak ada lagi Franc (mata uang Perancis), Gulden (mata uang Belanda) adanya adalah Euro. Kemudian visa satu negara untuk seluruhnya, sementara BRICS ini tidak.

Sedangkan, lanjut UIY, umat Islam itu lebih kuat lagi daripada Uni Eropa, itu basis persatuannya.

“Tetapi lagi-lagi karena kita ini menjadi obyek, mau bersatu pun juga enggak boleh. Nah itu juga yang harus menjadi pelajaran buat kita. Ini negara-negara yang kita kenal sekarang ini 50 negara itu kan baru yang muncul tahun 30, 40, 50, 60, 70 jadi baru-baru ini negara itu memiliki batas-batas imajiner. Itu digaris, dibuat oleh negara-negara kolonialis,” ujarnya.

Mestinya, lanjut UIY, ini memberikan pelajaran yang luar biasa kepada umat Islam.

“Pelajaran didapat dari Gaza, pelajaran didapat dari BRICS. Banyak sudah. Nah, persoalannya, tinggal umat Islam itu melek atau tidak? Ini terutama pemimpinnya melek tidak?” bebernya.

Pemimpin

UIY juga menilai, jika pemimpin itu masih terus pragmatis demi kekuasaannya, maka posisi umat Islam akan masih sama pada saat ini terus, yakni pragmatisme kekuasaan.

“Dia (para pemimpin kaum Muslim) itu sudah berlindung di bawah ketiaknya Trump (Presiden AS Donald Trump), sebab dia tahu kalau dia melawan Trump akan di-Mursi-kan (nasibnya akan seperti Presiden Mesir Muhammad Mursi ‘Isa al-‘Ayyath). Jadi ada ketakutan yang luar biasa untuk jangan lagi melawan ya, punya pikiran alternatif saja itu enggak berani. Jadi ini sebuah kelemahan yang luar biasa yang diderita oleh umat Islam ini hari,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *