UIY: Anak Nakal Dikirim ke Barak Militer Bukanlah Solusi

 UIY: Anak Nakal Dikirim ke Barak Militer Bukanlah Solusi

MediaUmat.info Mengirim anak nakal ke barak militer sebagaimana yang dicanangkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, menurut Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) bukanlah solusi.

“Kalau pendekatannya militeristik (kirim anak ke barak militer), itu bukan solusi. Itu hanya cara instan yang justru bisa memunculkan persoalan baru, seperti trauma atau kekerasan berantai,” ujarnya dalam siniar Anak Nakal di Barak Militer, Solusi? yang tayang di kanal YouTube UIY Official, Kamis (14/5/2025).

Dengan kebijakan tersebut juga, menurut UIY, negara, seolah ingin menutupi kebangkrutannya dalam membina masyarakat dengan memindahkan masalah remaja dari ruang sosial ke barak militer, seakan-akan disiplin fisik bisa menggantikan hancurnya struktur pendidikan dan nilai hidup.

Karena, tegas UIY, penyebab utamanya bukan karena anak-anak kekurangan fisik, tetapi kekurangan arah hidup. Itu terjadi karena tidak adanya sistem yang membimbing mereka kepada arah yang benar.

Selain itu, sebut UIY, kebijakan ini tampak seperti jalan pintas: remaja nakal diserahkan kepada tentara, sementara negara tetap mempertahankan sistem sekuler-liberal yang sejak awal melahirkan kerusakan moral tersebut. Padahal, akar masalah ini bukan teknis tetapi ideologis.

Generasi ini tumbuh dalam sistem kehidupan yang menjauhkan agama dari kehidupan publik, menjadikan mereka tercerabut dari akar nilai dan adab. UIY menilai, tidak adanya sistem hidup yang berbasis akidah Islam telah melahirkan generasi tanpa arah dan akhlak.

“Generasi hari ini dibesarkan dalam sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan. Bagaimana mungkin mereka punya arah dan akhlak yang baik kalau nilai-nilai agama tidak hadir dalam sistem pendidikan, media, dan pergaulan mereka?” paparnya.

Setelah mengurai akar kerusakan itu, UIY mengarahkan solusi pada sistem alternatif yang menyeluruh dan visioner: Islam. Pasalnya, negara hari ini justru menjadi fasilitator utama kerusakan remaja melalui tayangan amoral, kebebasan tanpa batas, pelemahan keluarga, serta sistem pendidikan yang abai terhadap keimanan.

“Coba lihat televisi, media sosial, bahkan kurikulum pendidikan—apakah itu mendidik remaja jadi orang shalih atau malah permisif terhadap perilaku menyimpang?” tanyanya retoris.

Solusi hakiki bukanlah wajib militer, melainkan sistem Islam yang menyatu dalam seluruh aspek kehidupan: membina keluarga, menjaga lingkungan, membentuk pergaulan, serta memfilter informasi dan budaya.

“Solusi bagi kerusakan remaja bukan barak militer, tapi sistem Islam yang mendidik sejak dini, membina keluarga, mengawasi pergaulan, dan memfilter informasi,” jelasnya.

Negara Islam memikul tanggung jawab total dalam mendidik masyarakat, bukan menyerahkan urusan moral hanya kepada orang tua atau aparat keamanan.

“Negara dalam Islam bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan dan pembinaan masyarakat. Itu bukan urusan pribadi, tapi bagian dari amanah kekuasaan,” tegasnya.

Sudah waktunya umat mencampakkan solusi tambal sulam dan kembali pada sistem yang diridhai-Nya. Selama sistem sekuler tetap bercokol, maka perbaikan hanya akan menjadi mimpi dan kerusakan akan terus berulang, apa pun bungkus solusinya.

“Selama sistem kehidupan kita tidak berubah, selama negara tidak tunduk pada syariat Islam, maka jangan harap ada perbaikan generasi,” pungkasnya.[] Zainard

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *