Tujuh Tuntunan Islam Menyikapi Musibah

Mediaumat.id – Ahli Fiqih Islam KH Muhammad Shiddiq al-Jawi memaparkan tujuh tuntunan Islam dalam menyikapi musibah.

“Ada tujuh tuntunan sikap dalam Islam bagi shahibul musibah (Muslim yang terkena musibah),” tuturnya dalam Kajian Soal Jawab Fiqih: Tuntutan Islam Menyikapi Musibah, Kamis (23/11/2022), di kanal YouTube Ngaji Shubuh TV.

Pertama, iman dan rida terhadap ketentuan (Qadar) Allah. “Maka dari itu, setiap Muslim wajib beriman bahwa musibah apa pun seperti gempa bumi, banjir, dan wabah penyakit sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuz. Dan setiap Muslim wajib menerima ketentuan-Nya dengan lapang dada (ridha),” tegasnya.

Kemudian Kiai Shiddiq menambahkan dengan membaca QS al-Hadid ayat 22, yang artinya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

“Maka dari itu, seharusnya seorang Muslim ridha kepada takdir Allah bukan menggerutu atau malah menghujat Allah SWT akan musibah yang menimpanya,” pesannya.

Kedua, sabar menghadapi musibah. Dalam Tafsir Al-Jalalain, Imam Suyuthi mengatakan, “Sabar adalah menahan diri terhadap apa pun yang Anda benci (Al-habsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu).”

“Selain itu, ketika terjadi musibah disunnahkan mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun),” lugasnya.

Ketiga, mengetahui hikmah di balik musibah. Seorang Muslim yang mengetahui hikmah di balik musibah, ia akan memiliki ketangguhan mental yang sempurna. “Salah satu hikmahnya adalah diampuninya dosa-dosa,” ujarnya kemudian mengutip sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang artinya, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.”

Keempat, tetap ikhtiar yakni melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang muncul akibat musibah. “Sehingga tidak diam saja atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang.” imbuhnya.

Kelima, disunnahkan memperbanyak doa dan berdzikir sebab keduanya menjadikan seseorang lebih mulia di sisi Allah. “Selain itu, dzikir dapat menentramkan hati yang sedang gelisah atau stress. Dzikir yang dianjurkan misalkan membaca istighfar,” terangnya.

Keenam, bertaubat kepada Allah. Tiada seorang hamba pun yang ditimpa musibah melainkan akibat dari dosa yang diperbuatnya. Apabila dosanya menyangkut muamalah dengan manusia, seperti belum membayar utang, menggunjing seseorang, menyakiti perasaan orang lain, dan sebagainya, maka rukun taubat ditambah satu lagi yaitu menyelesaikan urusan sesama manusia dan meminta maaf,” tegasnya.

Ketujuh, istiqamah pada Islam. Dalam setiap musibah, selalu ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk tujuan jahat. Misalkan upaya kristenisasi dengan memberikan bantuan logistik, medis, uang, rumah, dan lainnya. Namun, ada maksud keji dari semua yang diberikannya, orang-orang kafir ingin sekali memurtadkan orang Islam.

“Maka dari itu, di sinilah seorang Muslim dituntut untuk bersikap istiqamah yaitu konsisten di atas satu jalan dengan mengamalkan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Semoga dengan berpegang teguh pada tuntutan Islam, Allah SWT akan memberikan rahmat, hidayah, dan ‘inayah-Nya kepada kaum Muslim,” tutupnya.[] Nurmilati

Share artikel ini: