MediaUmat – Setidaknya ada tujuh inspirasi kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut diungkap Mubalighah Kota Depok Ustadzah Nurjanah Zeyn kepada 74 tokoh Muslimah dalam Forum Tokoh Muslimah Depok (FTMD#26): Refleksi Maulid Nabi SAW, Teladan Kepemimpinan Terbaik, Pembangun Peradaban Mulia, Jumat (5/9/2025) di Depok, Jawa Barat.
Pertama, dakwahnya penuh keberanian, diplomasi, dan visi global untuk menyebarkan kebenaran bukan dengan penjajahan.
Tahun 628 M, jelasnya, Nabi Muhammad SAW mengirim surat kepada raja-raja terbesar di dunia, termasuk Heraklius (Byzantium), Kisra II (Persia), Najashi (Habasyah), dan Al-Muqauqis (Mesir) padahal Madinah saat itu masih negara kecil yang baru berdiri, sementara mereka adalah penguasa imperium raksasa.
Beliau, terangnya melakukan pendekatan diplomatik yang santun, yakni menggunakan pendekatan yang hormat namun tegas, tidak merendah namun tidak arogan. Pesan yang disampaikan juga universal yang jelas: “Aslim taslam (masuk Islam, maka engkau akan selamat).”
“Nabi SAW pun menyampaikan, Islam adalah rahmat untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab sebagai visi global,” bebernya.
Menurutnya, dalam kepemimpinan Rasul juga ada tanggung jawab pemimpin terhadap rakyat. Dalam surat kepada Heraklius, beliau SAW menyatakan: “Jika engkau berpaling, maka atas engkaulah dosa rakyatmu.” Ini mengajarkan bahwa pemimpin bertanggung jawab atas hidayah yang sampai kepada rakyatnya.
“Inilah penyebab Islam cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia,” tegasnya.
Kedua, kepemimpinan inklusif dan persatuan. “Rasulullah SAW berhasil menyatukan berbagai suku dan kelompok yang sebelumnya bermusuhan di Madinah. Melalui Piagam Madinah, beliau menciptakan masyarakat multikultural yang hidup harmonis, mengakui hak-hak semua kelompok termasuk kaum Yahudi sebagai bagian dari komunitas (ummah),” terangnya.
Ketiga, tegas meletakkan kedaulatan di tangan syara’. Keempat, mengedepankan musyawarah dalam pengambilan keputusan. “Saat Perang Uhud, beliau mengikuti pendapat mayoritas sahabat untuk berperang di luar kota meskipun beliau pribadi lebih cenderung bertahan di dalam kota,” ujarnya.
Kelima, kepedulian pada rakyat. “Beliau hidup sederhana dan selalu mengutamakan kepentingan umat. Ketika ada bantuan atau harta yang datang, beliau mendistribusikannya kepada yang membutuhkan hingga kadang keluarganya sendiri tidak mendapat bagian,” imbuhnya.
Keenam, kepemimpinan berdasarkan keteladanan. “Rasulullah SAW memimpin dari depan. Dalam setiap perang, beliau berada di garis depan. Dalam kerja bakti, beliau ikut bekerja. Dalam ibadah, beliau yang paling rajin. Tidak ada yang beliau perintahkan kecuali beliau sudah melakukannya terlebih dahulu,” tegasnya.
Ketujuh, ketegasan luar biasa dalam memberantas praktik korupsi dan penyalahgunaan jabatan.
Ia pun mengutip kasus Ibn al-Lutbiyyah, pegawai zakat yang membawa zakat Bani Sulaim. Begitu mendengar Ibn al-Lutbiyyah berkata “Ini untuk negara, dan ini hadiah untuk saya,” Nabi SAW langsung naik mimbar dengan marah: “Mengapa seorang petugas yang aku utus mengatakan ‘ini untukmu dan ini hadiah untukku’? Mengapa dia tidak duduk saja di rumah ayah dan ibunya untuk melihat apakah akan diberi hadiah atau tidak? Barang siapa yang kami angkat untuk suatu jabatan, lalu dia mengambil selain apa yang menjadi haknya, maka itu adalah ghulul yang akan dia pertanggungjawabkan di hari kiamat.”
Terkait kasus gubernur yang hidup mewah, ujarnya, ada laporan tentang beberapa gubernur daerah yang mulai hidup mewah tidak sesuai dengan gaji yang diberikan.
“Nabi SAW langsung mengirim utusan untuk menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban kekayaan mereka,” pungkasnya.[] Siti Aisyah
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat