Tiga Faktor Utama Masalah Anak Benua India Jadi Sorotan Dunia

MediaUmat.info Direktur Forum on Islamic World Studies Farid Wadjdi mengungkap tiga faktor utama yang menjadikan masalah anak benua India menjadi sorotan dunia.

“Terdapat tiga faktor utama yang menjadikannya sorotan global. Pertama, meluasnya pengaruh Islam yang mencuat akibat konflik Kashmir. Kedua, meningkatnya kekuatan Tiongkok di kawasan, dan ketiga, masuknya India dan Pakistan ke dalam klub negara-negara bersenjata nuklir,” tuturnya kepada Media-umat.info, Selasa (3/5/2025).

Meluasnya Pengaruh Islam

Terkait meluasnya pengaruh Islam, kata Farid, persoalan ini tidak lagi dianggap sepele. Salah satu pemicu intervensi militer Amerika Serikat di Afghanistan adalah upaya memukul mundur gerakan Islam yang mendukung umat Muslim di Kashmir.

“Puncaknya terjadi pada 1999, saat milisi-milisi Islam yang didukung Pakistan menyerang dataran tinggi Kargil di perbatasan India-Pakistan, hampir berhasil mengalahkan pasukan India dan membebaskan Kashmir,” ujarnya.

Namun, jelas Farid, intervensi Nawaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan saat itu, bersama Kepala Staf Militer Pervez Musharraf—keduanya atas tekanan Amerika Serikat—mengakibatkan penarikan mundur pasukan Islam.

Peristiwa tersebut, menurutnya, menjadi peringatan serius bagi Amerika Serikat. AS khawatir dengan potensi kebangkitan kekuatan Islam di kawasan ini. Karena itu, AS mendesak Presiden Pervez Musharraf untuk membubarkan milisi Islam di Pakistan, dengan dalih bahwa mereka adalah teroris karena menyerang India dari wilayah Pakistan.

“Tekanan berikutnya dari AS adalah membatalkan dukungan terhadap penyerahan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Kashmir. Musharraf menyetujui tuntutan ini dan membuka jalan bagi negosiasi bilateral antara India dan Pakistan, dengan posisi Pakistan mengakui eksistensi India di Kashmir dan berunding bukan untuk membebaskan Kashmir dari pendudukan India, tetapi untuk mencari solusi bersama,” bebernya.

Menjaga Stabilitas Kawasan

Tujuan strategis AS dalam menekan Pakistan, menurut Farid, bukan hanya untuk melemahkan kekuatan Islam, tetapi juga menjaga stabilitas kawasan.

“Dengan meredakan ketegangan antara India dan Pakistan, AS berupaya mencegah kekacauan yang bisa memberi keuntungan bagi Tiongkok. Stabilitas ini memungkinkan India fokus pada persaingan dengan Tiongkok, terutama karena Tiongkok telah berkembang sebagai kekuatan ekonomi dan demografis global, memiliki kursi tetap di Dewan Keamanan PBB, serta merupakan negara nuklir maju,” katanya.

Tiongkok, lanjutnya, juga dianggap lebih stabil secara internal dibanding Rusia. Deng Xiaoping, tokoh reformasi pasca Mao Zedong, pernah menyatakan bahwa kesalahan terbesar Mikhail Gorbachev adalah memberikan kebebasan politik sebelum mereformasi ekonomi—sebuah kesalahan yang berhasil dihindari oleh Tiongkok.

Dengan pertimbangan tersebut, kata Farid, AS membentuk strategi untuk mengimbangi kekuatan Tiongkok dengan memperkuat India dan Pakistan sebagai kekuatan gabungan di Asia Selatan.

Kepemilikan Nuklir

“AS bahkan membiarkan kepemilikan senjata nuklir oleh India dan Pakistan, serta mendukung India dalam memperoleh teknologi persenjataan canggih,” ungkap Farid.

Sebagai contoh, sebut Farid, AS mencegah Israel menjual pesawat Falcon ke Tiongkok, namun mentolerir penjualannya kepada India. Lebih jauh, AS menjalin kerja sama strategis dengan India, memperlakukannya layaknya Israel, meskipun India bukan negara Barat maupun Anglo-Saxon.

Dengan demikian, ia menegaskan bahwa isu utama di kawasan anak benua India adalah meluasnya pengaruh Islam, kebangkitan Tiongkok, dan proliferasi senjata nuklir.

“Strategi Amerika Serikat di kawasan ini didasarkan pada tiga tujuan yakni membatasi perkembangan Islam dan Tiongkok, menjaga keseimbangan kekuatan di Asia Selatan, dan menciptakan aliansi regional yang mampu menandingi Tiongkok,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: