Tergantung Secara Militer, Berpotensi Tergantung Secara Politik

 Tergantung Secara Militer, Berpotensi Tergantung Secara Politik

MediaUmat.info Menganalisis kekuatan militer antara India dan Pakistan dalam eskalasai konflik yang dimulai dengan serangan India ke wilayah Pakistan pada 7 Mei 2025, Pengamat Hubungan Internasional dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D. menyatakan jika negeri Muslim (Pakistan) masih bergantung kepada negara lain secara militer maka potensi ketergantungan secara politiknya juga besar.

“Jika (negara) Muslim masih bergantung kepada negara lain secara militer maka potensi ketergantungan secara politik juga besar terhadap negara lain,” ujarnya kepada media-umat.info, Rabu (14/5/2025).

Hasbi melihat, selain mendapatkan alutsista dari Cina, Pakistan selama ini juga mendapatkan alutsista dari Amerika Serikat (AS). Namun, sejak AS menuduh Pakistan menggunakan pesawat tempur F-16 dari AS untuk berhadapan dengan India yang juga sekutu Barat, maka Pakistan mendapat sanksi dari AS.

“Sehingga kelihatannya Pakistan menahan diri untuk menggunakan senjata dari AS sebagai upaya untuk menjaga hubungan baik Pakistan terhadap AS,” ujarnya.

Hasbi menilai, dampak dari sanksi AS kepada Pakistan itu membuat Pakistan beralih ke Cina dengan meningkatkan hubungan di antara keduanya, baik dalam bidang ekonomi maupun militer.

“Saat ini, Cina menjadi eksportir terbesar untuk kebutuhan militer Pakistan dengan kisaran lebih dari 80 persen. hal ini tentunya merugikan AS sebab jika ini terus berlanjut, Pakistan yang selama ini menjadi sekutu AS akan semakin dekat ke Cina dan menjauh ke AS,” sebut Hasbi.

Menurut Hasbi, eskalasi ini memang belum mengarah kepada perang dalam arti kedua belah pihak saling menyerang satu sama lain. India hanya menyerang target-target yang dianggap terkait dengan kelompok militan di Pakistan saja. Begitupun sebaliknya, Pakistan lebih memilih bersikap defensif.

“Jadi kelihatannya kita belum bisa menyimpulkan bahwa gencatan senjata ini terjadi karena isu alutsista siapa yang lebih canggih,” ucapnya.

“Sebagai aset strategis negara, negeri Muslim harus bisa independen terhadap industri militernya dengan melakukan investasi besar terhadap pembangunan militer baik terhadap teknologi, riset, dan sumber daya manusia,” pungkas Hasbi.[] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *