MediaUmat – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan pernyataan Presiden Prabowo soal solusi dua negara terbukti menjadi legitimasi penjajah Yahudi.
“Terbukti bahwa pidato Presiden Prabowo justru dijadikan legitimasi oleh Netanyahu. Apa yang disebut ‘rasional’ dalam solusi dua negara ternyata langsung dipakai Zionis untuk mengokohkan eksistensinya di tanah Palestina,” ujarnya kepada media-umat.com, Ahad (28/9/2025).
Seperti diketahui, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merespons pernyataan Prabowo yang mengusung solusi dua negara: “Saya ingin mengingatkan kembali pidato Presiden Indonesia, negara Muslim terbesar di dunia. Saya rasa ini yang akan terjadi di masa depan.”
Mempertahankan Eksistensi
Menurut Farid, solusi dua negara sama saja dengan mempertahankan eksistensi entitas penjajah Zionis Yahudi. Sedangkan mempertahankan eksistensi mereka sama artinya dengan mempertahankan penjajahan.
“Selama entitas Zionis itu ada, Palestina tidak akan pernah merdeka secara hakiki, dan penderitaan rakyatnya akan terus berlanjut,” tegasnya.
Padahal, tegas Farid, Islam memerintahkan umatnya untuk mengusir penjajah, bukan berdampingan dengan mereka. Narasi hidup berdampingan hanyalah ilusi yang menyesatkan umat, karena hakikatnya penjajah tidak boleh diberi tempat di tanah yang mereka rampas.
Apalagi, sebut Farid, syarat demiliterisasi Palestina yang disyaratkan untuk solusi dua negara justru melemahkan perjuangan perlawanan terhadap penjajah. Sementara Israel tidak pernah dituntut hal yang sama, bahkan terus dipersenjatai dan diperkuat oleh Amerika Serikat dan Barat.
Syarat Terpenting
Farid pun mengingatkan, salah satu syarat terpenting kesadaran politik adalah menjadikan akidah Islam sebagai dasar dalam menilai segala sesuatu dan tindakan. Tidak boleh bagi seorang Muslim untuk memberikan penilaian atas sesuatu atau tindakan yang jauh dari akidah Islam.
Prinsip dasarnya, tegas Farid, seorang Muslim tidak boleh melupakan bahwa solusi dua negara berarti pengakuan atas entitas Yahudi dan bahwa entitas tersebut memiliki hak atas tanah yang diberkahi, dan hal ini dilarang dalam syariah, karena tanah tersebut adalah tanah yang disirami oleh para sahabat yang mulia dengan darah suci mereka, serta para mujahidin yang mengikuti mereka dengan benar.
Di dalamnya, sebut Farid, terdapat masjid ketiga dari dua masjid suci, yang dikunjungi umat Islam dari seluruh dunia, dan merupakan tempat terjadinya perjalanan malam Nabi Muhammad SAW. Palestina adalah tanah Islam, dan tidak boleh bagi seorang Muslim untuk melepaskan sejengkal pun darinya.
Farid mempertanyakan pihak yang masih percaya pada negara negara Barat berniat baik membebaskan Palestina. “Inggris adalah negara yang menghancurkan Khilafah, mengeluarkan Deklarasi Balfour, menempatkan Palestina di bawah mandatnya, memfasilitasi imigrasi kaum Yahudi dari berbagai negeri, serta mendirikan negara untuk mereka di sana,” ujarnya.
Menurut Farid, Inggris pula yang membagi-bagikan tanah kaum Muslim dan mengangkat penguasa antek dengan fungsi utama melindungi serta mengonsolidasikan entitas Yahudi, sementara fragmentasi wilayah kaum Muslim terus dipertahankan.
Lebih jauh, Farid menilai bahwa negara-negara kafir lain yang mengakui “negara Palestina” sebenarnya tetap mengukuhkan entitas Yahudi. “Mereka mengakui eksistensi Yahudi di 78% wilayahnya, bahkan memasok sarana kehidupan dan mesin militer yang dipakai untuk membunuh kaum Muslim di Gaza, Tepi Barat, dan di tempat lain,” tegasnya.
Terkait wacana solusi dua negara, Farid menyebutnya tak lebih dari jebakan politik. “Jika tercapai, ia hanya akan melahirkan negara kecil yang lemah dan didemiliterisasi, serupa dengan Otoritas Palestina saat ini yang tidak lebih dari sayap keamanan entitas Yahudi. Bahkan bisa jadi hanya berupa wilayah otonom sebagaimana yang disebutkan oleh Biden,” jelasnya.
Akhirnya, Farid mempertanyakan apakah layak pengorbanan rakyat Palestina dibalas dengan status otoritas semu di bawah kendali senjata entitas pendudukan. “Apakah Anda rela hasil pengorbanan dan keteguhan umat hanya menjadi otoritas sementara di bawah bayonet Yahudi?” pungkasnya. [] Joko Prasetyo
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat