TEFI: Dukungan Elon Musk Selaras dengan Kepentingan Kapitalisme Global

MediaUmat Komentar dukungan Elon Musk pada video demonstrasi antiimigran di Jepang, menurut Direktur The Economics Future Institute (TEFI) Dr. Yuana Tri Utomo selaras dengan kepentingan kapitalisme global.

“Ada logika bahwa dukungan Elon Musk ini menyelaraskan dengan kepentingan kapitalisme global, juga dapat digunakan sebagai alat pengalihan dari krisis struktural yang ada di Jepang,” ulasnya dalam Kabar Petang: Musk Biang Antiimigran di Jepang? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (17/9/2025).

Yuana membeberkan, komentar ‘Good’ Elon Musk di sebuah video demonstrasi antiimigran di Osaka, Jepang merupakan sinyal dukungannya pada isu-isu seperti ‘Don’t Make Japan Africa, Japanese First’, dsb.

“Itu tadi fakta pertama. Fakta kedua adalah Jepang sedang mengalami tantangan demografi serius yaitu tingkat kelahiran yang sangat rendah, populasi yang menua, tenaga kerja produktif yang sangat menyusut, pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya lemah selama puluhan tahun terakhir, konsumsi domestik stagnan, dan gaji yang stabil di angka itu-itu saja,” paparnya.

Kemudian, cetus Yuana, utang publik Jepang sangat tinggi dibanding PDB-nya, juga beban sosial untuk pensiun dan kesehatan makin besar.

“Nah, apakah kapitalisme global ada di balik ini? Kalau memperhatikan komentar Elon Musk dan kita lihat situasi Jepang saat ini, sangat mungkin dukungannya sebagai cermin dari kapitalisme global pada krisis Jepang yang sedang berlangsung ini,” terangnya.

Mendukung demonstrasi antiimigran di Jepang, lanjutnya, memang berpotensi mencerminkan kepentingan kapitalisme global untuk menjaga biaya tenaga kerja relatif rendah, terutama dalam konteks global, perusahaan global atau multinasional memanfaatkan tenaga kerja murah sebagai bagian dari model profit mereka.

“Kebijakan imigrasi sebetulnya solusi yang cepat tapi sifatnya parsial. Jepang pilih ini daripada reformasi sistemik struktural sistem ekonominya. Sangat ironis, krisis demografi sebagai produk sistemik yaitu problem kapitalisme global disikapi dengan kebijakan parsial yang kontradiktif dengan imigrasi,” ujarnya menyayangkan.

Jadi, imbuhnya, alih-alih mengakui akar masalah yang ada, justru pemerintah Jepang itu menambalnya dengan imigrasi dan retorika moral sehingga problem yang terjadi semakin parah dan semakin mendalam.

“Padahal problem mendasarnya adalah model ekonomi dan sosial yang tidak berkelanjutan. Itulah akibat menerapkan sistem kapitalisme yang akal-akalan manusia saja. Harusnya Jepang sadar ya, kembali kepada aturan Sang Pencipta Alam,” pungkasnya.[] Erlina

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: