MediaUmat – Syekh Muhammad Al-Samani, tokoh Hizbut Tahrir dari Sudan, memperingatkan bahwa Amerika Serikat kini tengah mengalami tanda-tanda disintegrasi serius dari dalam, seiring meningkatnya konflik internal antara pemerintah federal dan sejumlah negara bagian seperti Texas dan California.
Dalam pernyataan tertulis yang dikirimkan ke Kantor Media Hizbut Tahrir, Syekh Al-Samani menyebut bahwa kemerosotan ideologis dan kontradiksi politik di tubuh Amerika telah menciptakan situasi tidak stabil, yang bahkan bisa menjadi pertanda perang saudara.
“Ketika negara besar mulai menua dan membusuk, maka yang muncul pertama kali adalah penyakit intelektualnya. Prinsipnya melemah, kepercayaan rakyat runtuh, dan kontradiksi politik merajalela,” ungkap Syekh Al-Samani.
Ia menilai bahwa kapitalisme sebagai ideologi telah gagal menyelesaikan persoalan dasar manusia, dan kini mengalami masa keruntuhannya. Ketidakmampuan sistem tersebut terlihat dari banyaknya gejolak sosial, seperti demonstrasi besar yang baru-baru ini meletus di California.
Pada 10 Juni 2025, unjuk rasa besar-besaran meledak di Los Angeles menentang kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump, menyusul penggerebekan yang dilakukan lembaga ICE. Pemerintah pusat merespons dengan pengerahan Garda Nasional, meski mendapat penolakan dari Gubernur Gavin Newsom. Trump menyatakan bahwa pengerahan ini dilakukan demi mencegah kekacauan yang lebih besar.
Menurut laporan Nova News, delapan pengunjuk rasa ditangkap di Seattle, sementara Garda Nasional dikerahkan di beberapa wilayah Texas untuk mengantisipasi kerusuhan lanjutan.
Kekhawatiran tentang konflik federal dan negara bagian semakin nyata ketika pada Januari 2024, Mahkamah Agung AS memerintahkan pencabutan kawat berduri di perbatasan Texas-Meksiko, yang sebelumnya dipasang oleh Gubernur Texas, Greg Abbott. Keputusan ini memicu seruan pemisahan diri dari Amerika Serikat oleh warga dan tokoh Texas, yang menyebut Mahkamah Agung telah “mengecewakan Texas sekali lagi”.
Syekh Al-Samani menilai gejala-gejala ini merupakan bentuk awal dari keruntuhan internal. Ia menyitir pendapat Profesor Peter Turchin dari Universitas Connecticut, yang telah lama memprediksi bahwa Amerika akan memasuki dekade ketidakstabilan politik berdasarkan teori demografi struktural.
Menurut Turchin, keruntuhan AS didorong oleh stagnasi upah, kesenjangan sosial-ekonomi yang parah, kelebihan elit berpendidikan yang menganggur, dan krisis keuangan publik. Ia memprediksi bahwa gejolak sosial di AS akan mengikuti pola historis kerusuhan setiap 50 tahun, dan kini AS memasuki fase “negara revolusioner” yang lembaganya tak lagi mampu menjaga stabilitas.
Sosiolog Jukka Savolainen dari Universitas Negeri Wayne juga memperingatkan bahwa kebijakan-kebijakan Trump—seperti penghapusan program keberagaman dan pembatasan lembaga publik—telah menciptakan kelas intelektual radikal yang terpinggirkan, yang mempercepat siklus ketidakstabilan sebagaimana terjadi pada dekade 1970-an.
Syekh Al-Samani menyimpulkan bahwa Amerika sedang menuju kehancuran akibat prinsip dasarnya yang rusak, yaitu kapitalisme. Ia menyatakan bahwa dunia kini menantikan prinsip alternatif yang adil dan benar, yakni Islam, yang mampu menyelesaikan persoalan hidup manusia secara rasional dan menyeluruh.
“Yang dibutuhkan dunia hari ini bukan lagi tambal sulam sistem lama, tapi kebangkitan prinsip baru yang berasal dari wahyu—yaitu Islam—yang akan diterapkan oleh negara Khilafah ala minhaj an-nubuwwah,” pungkasnya. []AF
Sumber : hizb-ut-tahrir.info
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat