Tamparan Entitas Yahudi Terhadap Rezim-Rezim Normalisasi

Yordania mengumumkan, menurut apa yang dilaporkan Al Jazeera di situs webnya dan beberapa sumber berita, bahwa delegasi menteri luar negeri Arab menunda kunjungannya ke Ramallah setelah entitas Yahudi menolak mengizinkan delegasi tersebut memasuki wilayah udara Tepi Barat yang diduduki.

Kementerian Luar Negeri Yordania menyatakan bahwa keputusan entitas Yahudi untuk mencegah delegasi mengunjungi Ramallah dan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pejabat Palestina merupakan pelanggaran mencolok terhadap kewajibannya sebagai kekuatan pendudukan.

Delegasi yang lahir dari komite menteri yang ditugaskan oleh pertemuan puncak luar biasa Arab-Islam mengenai Gaza, juga menilai bahwa tindakan menghalangi kunjungan ke Ramallah oleh entitas tersebut mencerminkan tingkat kesombongan dan ketidakpedulian pemerintahnya terhadap hukum internasional. Delegasi tersebut juga mencatat bahwa kebijakannya yang tidak sah merusak peluang tercapainya perdamaian yang adil dan menyeluruh.

Komentar:

Perilaku entitas Yahudi dalam mencegah masuknya menteri luar negeri Arab tidak hanya mencerminkan kesombongan dan ketidakpeduliannya terhadap hukum internasional, seperti yang dijelaskan dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Yordania, tetapi juga mencerminkan tingkat kehinaan dan kerendahan yang telah dicapai oleh rezim-rezim ini, serta tingkat pengabaian entitas Yahudi terhadap mereka, bahkan lebih dari tingkat pengabaian yang biasa dilakukannya terhadap hukum internasional.

Meskipun entitas ini jelas-jelas kurang ajar, maka pembenaran terbesar atas kekurang ajaran itu adalah apa yang telah dipetik oleh rezim-rezim ini dengan tangan mereka sendiri, serta kehinaan yang telah mereka tanam sendiri, sampai-sampai mereka tidak memiliki kehormataan sama sekali, akibat dari sikap mereka yang memalukan, ketika mereka membiarkan entitas Yahudi melakukan penghancuran, pembunuhan, dan genosida terhadap lebih dari lima puluh ribu orang di Gaza selama lebih dari satu setengah tahun, di mana mereka tidak dapat membawa seteguk air pun tanpa memperoleh izin darinya, bahkan mereka berpartisipasi dalam pengepungan. Oleh karena itu, tidak mengherankan dengan apa yang terjadi, sebab semua itu merupakan bagian dari kerangka dominasi yang ditetapkan entitas Yahudi untuk hubungannya dengan mereka.

Beberapa hari yang lalu, Ahmed Aboul Gheit, Sekretaris Jenderal Liga Arab, mengatakan, “Memutus hubungan dengan (Israel) bukanlah kebijakan yang bijaksana,” sebagai pembenaran, seperti yang dilakukan dan diklaim oleh para normalisasi, bahwa “tanpa hubungan diplomatik dan komunikasi, mustahil untuk memperoleh apa pun dari (Israel).” Entitas tersebut tidak butuh waktu lama hingga kemarin entitas membantah klaim Aboul Gheit dan menampar wajah, khususnya negara-negara yang menormalisasi, atau mereka yang berada di ambang normalisasi, seperti Arab Saudi, dengan mencegah menteri mereka memasuki wilayah pendudukan.

Entitas Yahudi tidak menolak masuknya para menteri ini, jika mereka masuk dengan izinnya dan berjalan di bawah bayang-bayang senjatanya, namun karena mereka membawa sesuatu yang baru bagi rakyat Palestina atau kemenangan yang gemilang, padahal tujuan mereka hanyalah membawa sisa-sisa rencana tuan mereka, Amerika, selama beberapa dekade, yaitu solusi dua negara, dan keinginan mereka untuk mengambil tindakan dengan mendukung otoritas yang berada di ambang kehancuran. Entitas Yahudi menolak kedatangan mereka karena entitas menolak gagasan negara Palestina yang tengah diupayakannya untuk dikubur, dan juga menolak hak penguasa yang terhina untuk mengundang tamu tanpa izinnya. Ringkasnya, bahwa entitas ini, yaitu entitas yang diliputi kehinaan, akan senantiasa melakukan kehinaan ketika mendapati di antara rezim-rezim tersebut ada yang lebih hina darinya, dan akan terus melakukan demikian hingga Allah mengizinkan umat dimuliakan dan para penguasanya yang terhina itu disingkirkan.

﴿وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ﴾

Padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (TQS. Al-Munaiqun [63] : 8). [] Yusu Abu Zur

Sumber: hizb-ut-tahrir.ino, 2/6/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: