Sutradara JKdN II: Sejarah Perlu agar Umat Islam Tidak Jatuh ke Lubang yang Sama

 Sutradara JKdN II: Sejarah Perlu agar Umat Islam Tidak Jatuh ke Lubang yang Sama

Mediaumat.id – Sutradara film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara Nicko Pandawa menyatakan sejarah perlu agar umat Islam tidak jatuh ke lubang yang sama dua kali.

“Jadi kalau kita melihat dari pengalaman umat Islam itu sangat banyak, dan umat Islam itu sebagaimana kata Rasulullah SAW tidak jatuh dilubang yang sama dua kali,” ujarnya dalam acara Fokus Spesial: Sejarah, Apa Perlunya? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (17/10/2021).

Menurut Nicko, sejarah umat Islam di dunia itu tidak hanya pernah kuat, tapi juga pernah lemah. Jadi untuk mengantisipasi kejadian-kejadian jelek yang terjadai pada umat Islam di masa lalu agar tidak terulang kembali, maka harus dengan membaca sejarah.

Dan untuk menyikapi apakah sebuah sejarah itu salah atau benar, kata Nicko, bisa ditelusuri dengan penelusuran sejarah secara koperehensif dan sikap umat Islam terhadap sejarah itu.

Ia mencontohkan, ketika saat ini ada yang menyuarakan tentang khilafah, tapi sebagian orang sekarang seperti anti khilafah, berarti ada yang salah tentang penulisan sejarah ini. “Sebab secara global dahulu memang khilafah itu memengaruhi seluruh umat Islam,” bebernya.

Nicko mengungkapkan, adanya umat Islam yang anti khilafah itu tidak kebetulan, semua sudah dirancang. Dalam kasus sejarah Nusantara, ia menyebut, secara faktual dulu negeri ini pernah dijajah oleh bangsa asing khususnya Belanda.

Ketika melihat umat Islam di Nusantara ini sangat terikat dan mendukung terhadap khilafah, beber Nicko, hal ini dianggap menganggu kedudukan Belanda sebagai penguasa. Maka Belanda berusaha mendistorsi sejarah terkait keterikatan nusantara dengan Khilafah.

“Maka ditulislah sejarah-sejarah bangsa kita yang cenderung Eropa sentris, jadi menulis sejarah itu berdasarkan sudut pandang orang Eropa,” bebernya.

Nicko melanjutkan, setelah merdeka tahun 1945 tampuk kekuasaan juga tidak berada pada umat Islam, tapi berada di tangan orang-orang nasionalis. Sementara orang-orang nasionalis lebih menganggap peradaban Nusantara itu digdaya di masa yang bukan Islam, yaitu masa-masa Majapahit atau Sriwijaya. Sehingga masa Majapahit atau masa Sriwijaya itu dijadikan tolok ukur untuk membangun identitas keindonesiaan dan melupakan unsur Islam.

“Sehingga orang-orang yang terdidik dengan kurikulum sejarah bikinan para nasionalis itu, akhirnya merasa tidak memiliki dan lupa dengan sejarah yang faktual bahwasanya negeri ini pernah kuat dengan Islam,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *