Suriah Lanjutkan Pembicaraan Zona Penyangga, Dituding Khianati Revolusi

Pemerintah Suriah dikabarkan melanjutkan perundingan untuk menghidupkan kembali zona penyangga yang pertama kali diberlakukan pada tahun 1974. Inisiatif ini awalnya diklaim sebagai upaya “menjaga perdamaian dan membuka jalan negosiasi,” namun sejumlah pengamat menilainya sebagai strategi untuk memecah belah dan melemahkan kekuatan rakyat di Suriah.
Menurut pernyataan yang dirilis oleh Hizbut Tahrir, zona tersebut sejatinya menjadi alat bagi kekuatan asing guna mengorbankan capaian-capaian revolusioner yang telah diperjuangkan rakyat. “Negosiasi ini bukan untuk kemaslahatan negeri, melainkan untuk menenangkan kekuatan asing yang selama ini berusaha melemahkan umat Islam dan merampas kemerdekaan politik mereka,” tulis Hizbut Tahrir dalam pernyataan resminya.
Dalam proses negosiasi terkini, Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa disebut berada di bawah tekanan kuat dari Amerika Serikat. Laporan dari Hizbut Tahrir menyebutkan bahwa AS menggunakan “janji dan ancaman” untuk mendorong kebijakan yang sejalan dengan kepentingan Washington. Hizbut Tahrir juga menilai, alih-alih menunjukkan keteguhan, Presiden Al-Sharaa justru tunduk pada tuntutan asing — yang oleh kelompok ini disebut sebagai bentuk “kelemahan, bukan kepemimpinan”.
“Dulu ia dikenal karena keberpihakannya pada keadilan dan penolakan terhadap campur tangan asing. Kini, ia justru menjadi pelayan kebijakan yang mewakili kepentingan musuh-musuh Islam,” tulis Hizbut Tahrir.
Organisasi tersebut juga menyoroti bahwa kekecewaan terbesar rakyat bukan datang dari kekalahan di tangan musuh eksternal, melainkan karena revolusi dikhianati oleh mereka yang sebelumnya mengaku sebagai pendukungnya.
Meski demikian, Hizbut Tahrir menegaskan bahwa masih ada harapan melalui kebangkitan kesadaran politik di tengah umat. Mereka menyerukan kepada rakyat agar memahami peta kekuatan global dan tujuan-tujuan tersembunyi yang menurut mereka berusaha dieksekusi melalui elite lokal.
“Kesadaran politik sejati harus diarahkan untuk menegakkan Khilafah di atas metode kenabian,” tulis Hizbut Tahrir. “Hanya dengan sistem pemerintahan Islam, umat dapat terlindungi dari dominasi asing dan memastikan keadilan serta kemerdekaan.”
Sebagai penutup, pernyataan tersebut mengutip ayat Al-Qur’an:“Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang yang zalim, yang akan menyebabkan kamu ditimpa siksa api neraka. Karena jika demikian, tidak akan ada pelindung bagimu selain Allah dan tidak pula akan ada pertolongan bagimu.”
(QS Hud: 113)[]AF
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat