MediaUmat – Terkait proyek Kereta Cepat Whoosh yang belakangan diketahui memiliki utang mencapai ratusan triliun rupiah, Sosiolog Nanyang Technological University (NTU) Singapore Prof. Sulfikar Amir menyatakan harus proyek tersebut harus diaudit dan mantan Presiden Joko Widodo juga harus dimintai pertanggungjawabannya.
“Harus diaudit dan Jokowi harus diminta pertanggungjawaban,” ujarnya dalam dialog Menkeu Tolak Bayar Utang Whoosh. Prof. Sulfikar: Jokowi Harus Bertanggung Jawab, Ahad (19/10/2025) di kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP.
Menurutnya, proyek ini memang berkaitan dengan politik, tetapi juga melibatkan uang publik yang sangat besar. Sementara, penanggung jawab tertinggi ketika itu adalah Presiden Jokowi yang kala itu memutuskan untuk melanjutkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan meresmikannya sebagai Whoosh pada 2 Oktober 2023.
Sulfikar menceritakan, ketertarikan untuk membangun proyek ini bermula dari kenaifan soal teknologi kereta cepat buatan Cina yang justru dianggap paling maju oleh Jokowi. Ketertarikan ini muncul setelah dia berkunjung ke Cina pada periode awal kepemimpinan sebagai Presiden RI dan terpukau dengan kereta cepat yang dinaikinya bersama Presiden Cina Xi Jinping.
“Bagaimanapun juga dia yang mengklaim punya ide untuk membangun kereta cepat ini gitu, iya kan? Kita sudah tahulah ceritanya bagaimana. Dia bilang, ‘Oh, ini ide saya, saya harus mewujudkannya,’ gitu,” imbuh Sulfikar.
Tak ayal atas keputusan tersebut, Sulfikar menyebut Jokowi memiliki megalomania atau gangguan kejiwaan yang ditandai dengan keyakinan diri yang berlebihan bahwa seseorang memiliki kekuasaan, kekayaan, atau kecerdasan yang luar biasa, yang sering kali tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Pasalnya, Jokowi memiliki impian tentang masa depan Indonesia yang cerah di bawah kepemimpinannya, tetapi tidak sadar kapasitasnya tidak mumpuni. Sehingga keangkuhan dan megalomania terkait kereta cepat ini justru membebani semua orang di masa sekarang.
Bahkan, Jokowi juga dinilai memiliki kecenderungan halusinasi tentang negeri ini akan lebih baik di bawah kepemimpinannya. “Jadi, Pak Jokowi ini punya kecenderungan berhalusinasi tentang masa depan Indonesia yang akan lebih baik di bawah kepemimpinan dia, tetapi dia enggak sadar bahwa kapasitas intelektual dia itu tidak mencukupi untuk memahami itu,” tandas Sulfikar.
Belajar dari Masa Lalu
Maka dengan adanya audit ini, diharapkan pemerintah bisa belajar dari masa lalu dengan mengetahui letak kesalahan proyek Whoosh terlebih dahulu. Termasuk soal alasan di balik meningkatnya pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Whoosh yang kini menjadi utang yang harus dibayar.
“Jadi apapun keputusan Prabowo di dalam proyek kereta cepat ini mau itu utangnya dikemplang, mau utangnya dikasih Danantara dan sebagainya, proyek ini harus dibuka dulu, harus dilihat dulu masalahnya di mana gitu,” tegasnya kembali.
Tak hanya kepada Jokowi, Sulfikar juga mendesak agar orang-orang yang diberi tanggung jawab dalam proyek kereta cepat ini ikut diaudit.
Langkah berikutnya, yang juga penting, menurut Sulfikar, adalah memperbaiki seluruh sistem tata kelola dan proses pengambilan keputusan khususnya terkait dengan proyek-proyek yang menggunakan dana publik.
“Dua hal ini, maksudnya, harus jalan berbarengan. Kita bongkar kesalahan-kesalahan masa lalu untuk belajar dari itu, pada sisi lain kita memperbaiki sistem yang ada sekarang, supaya ini bisa berjalan dengan baik,” pungkasnya.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat