MediaUmat.info – Sosiolog Okky Madasari, Ph.D., mengingatkan ancaman kerusuhan sosial berskala besar tinggal menunggu waktu.
“Kalau situasi kayak gini terus, orang enggak bisa makan, enggak bisa nyekolahin anak, kehilangan pekerjaan, dan tidak ada keadilan… bukan cuma potensi, [kerusuhan sosial] itu pasti terjadi. Tinggal menunggu waktu saja,” tegasnya dalam siniar Akibat PHK & Kemiskinan. Okky Madasari: Awas Ancaman Kerusuhan Sosial di Depan Mata, Ahad (12/5/2025) di kanal YouTube Abraham Samad Speak Up.
Menurutnya, pemicu utama ledakan sosial itu adalah akumulasi masalah ekonomi, ketidakadilan hukum, dan penghinaan terhadap akal sehat rakyat yang menjelma bom waktu siap meledak kapan saja.
“Kalau suara-suara ini ditutup terus, maka suatu saat dia akan meledak. Dan itu akan sangat berbahaya. Karena bukan hanya satu dua orang yang marah, tapi jutaan orang yang selama ini dipaksa diam,” ujar Okky dengan nada peringatan.
Di tengah badai penderitaan rakyat, sebut Okky, kekuasaan justru sibuk mempertontonkan kemewahan yang menyakitkan. Gelombang PHK dan melonjaknya angka kemiskinan terus menindih kehidupan rakyat, namun empati dari negara nyaris lenyap ditelan arogansi penguasa.
“Negara sekarang seperti tidak peduli. Mereka malah sibuk mempertontonkan kekuasaan, mempertontonkan kekayaan, yang itu sangat menyakitkan rakyat. Ini bukan hanya tentang makan, tapi harga diri orang itu diinjak-injak,” ujar Okky.
Tak hanya menyiksa fisik, kemiskinan yang meluas juga meluluhlantakkan jiwa dan harapan. Masa depan direnggut, sementara hidup makin tak pasti.
“Saya selalu bilang, ini bukan hanya tentang kemiskinan, bukan hanya tentang PHK, tapi soal bagaimana orang-orang itu kehilangan masa depan,” jelasnya.
Sementara itu, ketimpangan sosial yang mencolok seolah disengaja untuk dipertontonkan. Rakyat dipaksa menyaksikan pesta para elite di tengah jeritan lapar yang tak kunjung reda.
“Kita dipaksa untuk melihat itu tiap hari. Di media sosial, berita-berita… kita lihat orang-orang pamer kekayaan, pejabat jalan-jalan, artis pesta di luar negeri, terus ngeluh capek kerja. Sementara rakyat makan saja susah,” kritiknya tajam.
Ironisnya, krisis multidimensi itu tidak hanya diabaikan, tetapi juga dibungkam. Demokrasi disulap menjadi alat pelanggeng kekuasaan, sementara ruang protes disegel dengan ketakutan.
“Di negara ini, ruang untuk menyuarakan kebenaran makin sempit. Orang takut ngomong, takut kehilangan pekerjaan, takut dicap radikal, takut dilaporkan ke polisi. Politik sekarang bukan untuk rakyat, tapi hanya rebutan kekuasaan,” urainya.
Menurutnya, yang terjadi kini bukan lagi sekadar krisis ekonomi, tetapi krisis legitimasi kekuasaan. Rakyat merasa ditinggalkan, bahkan dikhianati oleh negara yang seharusnya melindungi mereka.
“Orang kehilangan kepercayaan. Mereka tidak percaya pada sistem hukum, tidak percaya pada negara, bahkan tidak percaya pada masa depan,” tegasnya.
Ketika kepercayaan itu runtuh, sebut Okky, yang tersisa hanyalah frustasi kolektif. Dalam atmosfer seperti ini, amarah mudah tersulut, dan kerusuhan hanya menanti percikan api.
“Ini sangat berbahaya. Negara seperti menumpuk bara di bawah karpet. Suatu saat itu akan menyala,” ujar Okky dengan nada serius.[] Zainard
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat