Singkirkan Islam dari Basis Pembinaan SDM, UIY: Rugi Besar

 Singkirkan Islam dari Basis Pembinaan SDM, UIY: Rugi Besar

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) memaparkan, termasuk kerugian besar bagi suatu negeri apabila menyingkirkan Islam sebagai basis dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM).

“Saya berulang kali mengatakan bahwa negeri ini, ini mengalami kerugian besar ketika menyingkirkan Islam sebagai basis untuk pembinaan sumber daya manusia,” ujarnya dalam Fokus: KPK Tangkap Lukas Enembe, Ada Apa dengan Korupsi di Papua? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (15/1/2023).

Menurutnya, hal ini penting disampaikan sebagai respons terhadap makin masifnya perilaku tindak pidana korupsi yang melibatkan pejabat kepala daerah termasuk terbaru Gubernur Papua Lukas Enembe yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa, 10 Januari 2023.

Sebagaimana diberitakan, Gubernur Lukas diduga menerima uang satu miliar rupiah dari Pengusaha Rijanto Lakka. Dalam kasus ini Rijanto Lakka juga telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh KPK.

Tetapi lepas dari itu, UIY pun mengatakan, tak ada kekuatan yang bisa dipakai melebihi kekuatan iman untuk mengendalikan seseorang untuk tidak berbuat curang, termasuk korupsi.

Dengan kata lain, sistem keamanan secanggih apa pun, seperti halnya di dunia perbankan, misalnya, tidak ada yang mampu mengontrol orang untuk tidak berbuat curang kecuali iman dan takwa.

Karenanya, kata UIY, sudah semestinya ada sesuatu yang terikat dengan sesuatu di luar manusia yakni ketentuan-ketentuan syariah. Yang berarti pula, dalam upaya meraih suatu jabatan, harus terlebih dahulu memahami makna dan tujuan sebenarnya dari kedudukan dimaksud.

Sementara, dalam bahasa Islam, jabatan adalah bagian dari ibadah dan amanah yang harus ditunaikan. “Karenanya sebagai ibadah, dia itu harus terikat dengan ketentuan-ketentuan syariah,” tegasnya.

Makanya, jangankan korupsi, menerima sesuatu di luar ketentuan upah dari sebuah pekerjaan saja, tidak boleh. Sebab Islam mengharamkan yang namanya gratifikasi.

Ketentuan syariah itu dapat dilihat dalam hadits dari Abu Humaid As-Sa’idi, Rasul SAW bersabda: ‘Hadiah bagi pejabat (pekerja) adalah ghulul (khianat).’

Karenanya, sekali lagi, nuansa ibadah tersebut harus senantiasa dimunculkan. “Sayangnya nuansa ibadah itu sekarang malah justru disingkirkan atas nama memberantas radikalisme,” jelasnya.

Padahal, di dalam ketentuan syariah Islam lainnya juga terdapat istilah pembuktian terbalik, larangan gratifikasi, dan yang paling penting keteladanan dari para penguasa amanah.

Tidak seperti sekularisme yang akan membuat orang menjadi sekuler, sistem Islam bakal membuat orang menjadi Islam dan islami. “Itu sudah galib, galibnya kayak begitu,” tandasnya.

“Ketika Lenin dan Stalin berkuasa, orang-orang pada waktu itu ya komunis semua. Ketika Lenin dan Stalin selesai tidak berkuasa, orang jadi bebas,” misalnya.

Untuk itu, kata UIY, kekuasaan sangatlah penting. Pasalnya dengan itu akan bisa menentukan nilai yang akan dikembangkan dan berpengaruh di tengah masyarakat. Terutama pada kerangka pikir dan tindakan, pula berkenaan dengan korupsi. “Itu yang hilang, karena itulah sebenarnya perjuangan musti ke sana,” tuturnya.

Tetapi sayangnya arah ke sana itu sudah dihalangi dengan sebutan radikal-radikalisme. “Jadi, rugi besar negara ini, rugi besar,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *