Setelah Corona, Akankah Cina Menggantikan Islam Sebagai Musuh Baru Bagi Barat?

Penulis Inggris, Peter Oborne memprediksikan dalam sebuah artikel untuk surat kabar Inggris “Middle East Eye” yang berjudul: “Will China replace Islam as the West’s new enemy? (Akankah Cina menggantikan Islam sebagai musuh baru Barat?)”. Bahwa pecahnya epidemi Corona mengakibatkan penurunan permusuhan terhadap Islam, dan pembentukan kembali geografi politik global dengan cara yang membuat Cina sebagai musuh utama Barat.
Penulis melihat bahwa pandangan Barat tentang Islam sebagai musuh pertama muncul tak lama setelah berakhirnya Perang Dingin antara Barat dan Uni Soviet, dan setelah serangan yang diluncurkan terhadap Islam, yang dimulai dengan teori Huntington yang terkenal, yang mengklaim bahwa benturan peradaban tak akan terhindarkan; di mana ia meramalkan bahwa konflik baru antara apa yang dianggapnya sebagai dua hal yang bertentangan, yang mustahil dikompromikan, yaitu: Islam dan Barat.
Teori tersebut kemudian diamini oleh para politisi Barat, seperti George W. Bush dan Tony Blair. Selanjutanya media Barat menggambarkan kaum Muslim sebagai ekstremis, terlarang, dan merupakan ancaman eksistensial bagi dunia, sehingga perasaan anti-Islam (Islamophobia) meningkat di Barat, dengan munculnya partai-partai politik ekstrim kanan di Eropa, begitulah menurut penulis.
Penulis mengatakan bahwa banyak dari permusuhan menjijikkan terhadap Islam, dipastikan akan mengalami penurunan dalam waktu dekat setelah krisis pandemi Coronia, karena beberapa faktor, termasuk pengorbanan besar yang dilakukan oleh kaum Muslim dalam menghadapinya. Dia berkata: Karena Barat membutuhkan musuh, dan baru-baru ini China menjadi targetnya, yang sekarang digambarkan sebagai musuh eksistensial baru Barat, seperti halnya Islam dua puluh tahun yang lalu, dan semua itu dilakukan oleh orang-orang yang sama, para komentator media yang sama, lembaga-lembaga pemikiran, partai politik, dan badan-badan intelijen.
Penulis mencontohkan hal ini dan mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump menuduh China selama kampanye presiden 2016 telah merampas ekonomi negaranya, serta menuduhnya menutup-nutupi pandemi virus dan berbohong tentang jumlah korban akibat virus itu. Penulis mengutip beberapa pernyataan oleh para pejabat Inggris dan intelijen yang menganggap Tiongkok bertanggung jawab atas wabah virus mematikan, bahkan beberapa mengindikasikan bahwa hubungan dengan Beijing tidak akan kembali seperti sebelum terjadi wabah. Penulis menyimpulkan dengan mengatakan: “Mungkin kita sekarang telah mencapai akhir dari era panjang di mana musuh utama adalah Islam. Sekarang, Barat mungkin telah menemukan musuh baru untuk dirinya, yang memberi kaum Muslim kesempatan untuk menarik napas dengan bebas.”
Tampaknya Amerika tengah mengatur konflik internasional berikutnya atas permusuhannya dengan China, dan dengan cara yang sama yang pernah dilakukannya terhadap kaum Muslim sejak 1990-an. Sedangkan motivasinya untuk hal ini adalah perasaannya akan bahaya eksistensial darinya, dan keinginannya untuk mempertahankan superioritas dan kepentingannya, serta untuk mencegah China dari bersaing dengannya. Amerika melihat bahwa kesibukannya memusuhi Islam menundanya dari menghadapinya; Akankah Amerika menutup halaman dan membuka halaman? [Al-Waie, Edisi 405, Tahun ke-XXXV, Syawal 1441 H. – Juni 2020 M.]