Serangan Trump terhadap Partai Demokrat: Kudeta terhadap Demokrasi atau Pengungkapan Kelemahannya?

 Serangan Trump terhadap Partai Demokrat: Kudeta terhadap Demokrasi atau Pengungkapan Kelemahannya?

Presiden AS Donald Trump melontarkan serangkaian pernyataan tajam yang mengkritik kinerja Partai Demokrat, sistem pemungutan suara, kebijakan imigrasi, dan penutupan pemerintah, serta menegaskan bahwa sudah waktunya bagi Partai Republik untuk mengambil tindakan tegas (aljazeera.net, 5/11/2025).

Sejak Donald Trump meraih popularitas dalam politik Amerika, dunia telah menyaksikan perdebatan luas tentang sifat retorikanya dan pendekatannya dalam menghadapi lawan-lawan politiknya. Sebagian orang menganggapnya sebagai seorang reformis yang berusaha mengembalikan Amerika ke “kebesarannya yang hilang”, sementara yang lain menganggapnya sebagai ancaman langsung terhadap nilai-nilai demokrasi. Pertanyaan terpentingnya tetap: Apakah serangan gencar Trump terhadap Partai Demokrat hanyalah perjuangan politik biasa, ataukah, pada hakikatnya, merupakan subversi terhadap demokrasi Amerika itu sendiri?

Amerika Serikat telah lama menampilkan dirinya kepada dunia sebagai “penjaga demokrasi” dan “simbol kebebasan”, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa demokrasi ini seringkali menjadi alat dominasi, bukan model integritas politik. Seperti sistem kapitalis lainnya, sistem Amerika didasarkan pada konflik partisan, yang lebih banyak diatur oleh kepentingan pribadi, perusahaan raksasa, dan lobi Zionis daripada oleh kehendak rakyat.

Dalam konteks ini, serangan Trump terhadap Partai Demokrat merupakan ledakan internal di jantung sistem Amerika, karena hal ini mengungkap konflik nyata antara kelas elit yang mengendalikan sendi-sendi negara, dan rakyat Amerika yang merasa suara mereka tidak lagi berpengaruh dalam pengambilan keputusan politik.

Tidak diragukan lagi bahwa Trump menggunakan retorika populis yang beresonansi dengan kelas menengah dan kaum miskin di Amerika, tetapi di saat yang sama, ia menggunakan retorika ini untuk kepentingannya sendiri. Serangannya terhadap Partai Demokrat tidak berakar dari kepedulian terhadap demokrasi, melainkan dari keinginannya untuk merebut kembali kekuasaan dan pengaruh. Namun demikian, kata-katanya membuka pintu bagi penilaian ulang yang tulus oleh rakyat mereka dan rakyat kita, yang sangat dipengaruhi oleh budaya mereka: Apakah demokrasi Amerika benar-benar adil, ataukah hanya sandiwara di mana wajah berubah tetapi kepentingan tetap sama?

Retorika permusuhan yang meningkat antara Partai Republik dan Demokrat telah mengungkap kepalsuan demokrasi, dan kita kini dihadapkan pada situasi politik yang menegangkan. Partai Demokrat menuduh Trump mencoba melakukan kudeta terhadap demokrasi, sementara Partai Republik menuduh lawan-lawan mereka memanipulasi pemilu dan mengendalikan media serta lembaga peradilan.

Perang dingin ini menyingkapkan bahwa demokrasi hanyalah khayalan yang tidak pernah dan tidak akan pernah terwujud kecuali dalam benak dan mimpi rakyat, dimana pada kenyataannya demokrasi hanyalah kedok rapuh bagi kepentingan kaum elit.

Sebagai kaum Muslim, kita harus memahami bahwa apa yang terjadi di Barat bukanlah konflik nilai, melainkan perebutan kekuasaan dan pengaruh. Demokrasi Barat bukanlah pengganti Islam, karena pemerintahan dalam Islam didasarkan pada keadilan dan akuntabilitas di hadapan Allah SWT, bukan pada propaganda, uang, dan pengaruh media.

Terungkapnya kontradiksi sistem Amerika saat ini merupakan undangan bagi kita untuk mengembalikan kepercayaan pada sistem ketuhanan kita, yang didasarkan pada prinsip, “wa amruhum syūra bainahum (urusan mereka dilakukan dengan musyawarah di antara mereka)”, bukan pada kemauan partai-partai serta kendali uang dan media.

Serangan Trump terhadap Partai Demokrat, meskipun tampak sebagai pemberontakan terhadap norma-norma politik Amerika, sebenarnya merupakan cerminan krisis demokrasi Barat itu sendiri. Namun ini bukan sekadar kudeta terhadap demokrasi, melainkan sebuah pengungkapan kepalsuannya, yang menyingkapnya sebagai sistem mati yang menunggu tegaknya Khilafah untuk menyatakan kematiannya dan segera menguburnya, in syā Allah. Kewajiban kita adalah menyadari bahwa jalan menuju kebangkitan bukanlah dengan meniru Barat, melainkan dengan kembali kepada identitas kita, syariat kita, dan keadilan yang telah ditetapkan Allah bagi kita. [] Abdul Azim al-Hasylamun

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 8/11/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *