MediaUmat – Serangan entitas penjajah Zionis Yahudi ke Qatar beberapa pekan lalu, menurut Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY), menunjukkan Israel adalah negara yang tak peduli terhadap semua tekanan internasional.
“Ini sudah menunjukkan kesekian kali bahwa Israel itu adalah negara yang enggak peduli semua,” ujarnya dalam Focus to The Point: Di Bawah Payung Amerika, Qatar Tetap Dirudal, Ada Apa? di kanal YouTube UIY Official, Jumat (19/9/2025).
Diketahui, Israel menyerang Qatar pada Selasa (9/9). Gerombolan dari 12 jet tempur, termasuk F-35 Zionis, menembakkan rudal canggih dari atas Laut Merah menembus wilayah udara Arab Saudi dan menerobos sistem pertahanan udara canggih Qatar, kemudian menghantam bangunan di Doha.
Padahal Qatar termasuk sekutu utama non-NATO, yang memperkuat kemitraan antara Doha dan Washington serta memberikan negara Teluk tersebut hak istimewa ekonomi dan militer khusus dalam hubungannya dengan AS. Namun kondisi ini tak mampu mengurungkan niatnya menyerang siapa saja yang dianggap menghambat keinginan entitas penjajah Yahudi.
Pun jangankan soal etika hukum internasional, kata UIY lebih lanjut, perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada akhir 2024 saja, hingga kini tidak ada kabar kelanjutan.
Demikian terlepas dari kemungkinan ada restu dari Amerika Serikat (AS) atau memang seperti halnya kerap dilakukan yakni serangan tersebut atas dasar kepentingan Israel sendiri, negara secuplik berpenduduk di bawah 10 juta jiwa tersebut nyatanya bisa berbuat seenaknya di antara masyarakat dunia yang jumlahnya mencapai 8 miliar jiwa.
“Wallahu a’lam yang mana dari dua kemungkinan itu tetapi apa pun, baik itu dapat lampu hijau atau tidak, Israel itu sebenarnya enggak peduli. Bagi dia yang paling penting itu keinginan dia tercapai,” kata UIY kembali menegaskan, seraya menambahkan setidaknya dua catatan terkait serangan tersebut.
Pertama, betapa rapuhnya pertahanan negeri-negeri Muslim hingga bisa ditembus intelijen asing. Kedua, Israel sudah belajar bahwa sekonyol apa pun tindakannya, secara signifikan enggak bakalan ada pihak yang bisa membalas.
Tak Bergantung Selain Kekuatan Islam
“Itulah bolak-balik kita mengatakan umat Islam itu tidak bisa bergantung pada orang lain. Umat Islam harus bergantung pada kekuatannya sendiri,” lontar UIY, menjawab sikap umat Islam terlebih negeri-negeri Muslim seharusnya.
Dengan jumlah mencapai 2 miliar (data hingga Maret 2025), menurut UIY, kaum Muslim sudah lebih cukup menggantungkan pada kekuatan tauhid serta keimanan terhadap janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah SAW tentang dua unsur penting.
Adalah Khilafah, institusi politik yang mempersatukan seluruh umat, berikut sang Khalifah, pemimpin umat dengan tujuan untuk izzul Islam wal muslimin (kejayaan atau kemuliaan Islam dan kaum Muslim).
Artinya, jelas UIY, umat Islam tak bisa lagi berharap kepada AS dan sekutu, maupun lembaga internasional semisal PBB berikut badan-badan khusus di bawahnya seperti UNICEF (anak-anak), WHO (kesehatan), dan UNESCO (pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan). Serta lembaga lain meliputi organisasi ekonomi seperti WTO (perdagangan) dan Bank Dunia, serta organisasi regional seperti ASEAN, meski tujuan awalnya memelihara perdamaian, mendorong kerja sama, dan mengatasi isu global.
Artinya pula, tegasnya, sebagaimana suksesi dalam kurun 1300 tahun sebelum keruntuhan pada 1924 M, khilafah bakal berjuang tanpa intervensi asing mewujudkan kekuatan dan kehormatan umat Islam secara fisik, spiritual, intelektual, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan karya peradaban Islam.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat