Semangat Kurban Lahirkan Kepemimpinan Ideal, Tak Tumbuh dalam Sistem Sekuler

MediaUmat Dalam talkshow Idul Adha bertema Nge-Daging Semangat Berkorban, Jadi Pemimpin Berkarakter yang ditayangkan kanal YouTube One Ummah TV, Ahad (8/6/2025), ulama pejuang syariah kaffah KH Rokhmat S. Labib, trainer dan konsultan kepemimpinan Karebet Wijaya Kusuma, serta penulis produktif dan trainer Islamic Parenting Muhammad Iwan Januar sepakat bahwa semangat kurban adalah fondasi utama pembentukan kepemimpinan Islam. Namun kepemimpinan yang lahir dari ketaatan dan pengorbanan mustahil tumbuh dalam sistem sekuler warisan kolonial yang menolak hukum Allah.

KH Rokhmat S. Labib menjelaskan bahwa dalam Islam, pemimpin tidak lahir dari perebutan kekuasaan, tapi dari pengorbanan untuk ketaatan.

Menurutnya, kurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi menyembelih ego, ambisi dunia, dan kepentingan diri.

“Kepemimpinan itu lahir dari ketaatan mutlak, bukan dari suara terbanyak. Dalam sistem demokrasi, kehendak manusia dijadikan penentu. Padahal dalam Islam, kehendak Allahlah yang tertinggi,” tegasnya.

Nabi Ibrahim as, jelas Kiai Labib, sapaannya, bisa taat karena tunduk total kepada Allah. Maka, pemimpin yang ingin meneladani Ibrahim harus pula tunduk total kepada syariat, bukan kepada sistem buatan manusia.”

Ia juga mengingatkan, sistem sekuler demokrasi justru menghalangi lahirnya pemimpin yang taat. Sistem ini lebih banyak melahirkan pemimpin penipu, pengkhianat amanah, dan penjual umat demi kekuasaan.

“Bagaimana mungkin kita berharap pemimpin yang takut kepada Allah lahir dari sistem yang tidak menjadikan Allah sebagai sumber hukum? Itu kontradiktif,” tegasnya.

Sedangkan Karebet Wijaya Kusuma menyoroti kepemimpinan saat ini yang dinilainya kehilangan ruh spiritual. Banyak seminar bicara teknik, tapi lupakan ruh pengorbanan dan keberanian karena iman.

“Pemimpin bukan hanya orang yang bisa memimpin rapat. Pemimpin adalah orang yang berani mengambil resiko atas nama kebenaran. Dan itu hanya bisa muncul kalau ia sudah menaklukkan hawa nafsunya,” ujarnya.

Karebet mengkritik sistem saat ini yang mencetak generasi pragmatis, oportunis, dan hedonis. Islam sejak awal membentuk pemimpin melalui ujian, pengorbanan, dan keteladanan, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim as kepada Ismail as.

Iwan Januar menambahkan, semangat kurban juga membentuk kepemimpinan dari rumah melalui pendidikan berbasis tauhid — bukan otoritarianisme, melainkan kepercayaan dan pembinaan ruhiyah yang kuat.

“Ketika Ibrahim berkata kepada anaknya tentang perintah menyembelih, Ismail justru merespons dengan kesiapan: ‘Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Bukan relasi kuasa, tapi pendidikan — fondasi kepemimpinan sejati,” jelasnya.

Iwan menyesalkan sistem pendidikan sekuler yang memisahkan nilai agama dari pembentukan karakter anak. Tanpa pendidikan ideologis, mustahil lahir pemimpin sejati.

“Kalau anak-anak hari ini dididik hanya untuk mengejar ranking, nilai, atau sukses materi, maka jangan heran kalau mereka besar nanti hanya ingin jadi penguasa duniawi — bukan pemimpin umat,” sindirnya.

Mereka juga mengkritik simbolisasi kurban di masyarakat modern yang hanya sebatas ritual massal tanpa menghidupkan semangat pengorbanan untuk Islam. Kurban dijadikan alat pencitraan, bukan keteladanan.

“Hari ini, orang banyak berkurban, tapi tidak mau berjuang menegakkan Islam. Padahal Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW adalah contoh pemimpin yang berani berkorban jiwa, raga, bahkan anaknya demi agama Allah,” tegas Kiai Labib.

Ketiganya sepakat bahwa makna kurban harus dikembalikan pada substansinya sebagai proses pembentukan pemimpin yang tunduk total kepada hukum Allah, bukan simbol ritual tahunan yang kosong dari makna perjuangan. Kurban harus membentuk pemimpin ideologis, bukan yang terjebak sistem anti-syariat.

“Kita butuh pemimpin yang siap berkorban, bukan malah mengorbankan umat. Tapi itu tidak cukup, harus ada sistem yang melahirkan mereka. Dan sistem itu adalah Islam yang kaffah,” pungkas Kiai Labib.[] Zainard

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: