Sejarawan Jelaskan Islam Mudah Melebur dalam Berbagai Budaya

MediaUmat Setidaknya ada empat hal yang membuat risalah Islam yang dibawa Rasulullah SAW bisa melebur ke banyak bangsa, bahasa dan budaya hingga menjadi peradaban nan digdaya selama lebih dari 1300 tahun.

“Jawabannya terletak di empat hal saja,” ujar Sejarawan, Penulis sekaligus Sutradara Film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) Nicko Pandawa dalam Monolog, Live Event Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H: Satu Risalah, Satu Umat, Satu Tujuan, Ahad (27/9/2025) di One Ummah TV.

Pertama, dikarenakan Islam, yang notabene pedoman hidup paripurna, tidak memaksa umat lain memeluk agama Islam. Dalam hal ini ketika seseorang masuk Islam haruslah didasari keikhlasan dan kerelaan hati, bukan paksaan.

Dengan catatan, bagi mereka yang tak mau berislam cukup untuk tunduk kepada hukum-hukum Islam dalam persoalan muamalah dan uqubat.

“Kesatuan peraturan dan kepastian hukum inilah yang menjadi pondasi utama tegaknya keadilan dalam peradaban Islam,” ungkapnya.

Dengan kata lain, syariat Islam telah mengisi kekosongan hukum di antara bangsa-bangsa, melepas manusia dari jerat kebingungan, kebodohan dan kezaliman. Sehingga, kata Nicko lebih lanjut, seluruh warga negara di bawah naungan Khilafah Islam merasakan ketenangan hukum yang sebelumnya tidak pernah mereka temukan.

Kedua, masuknya penduduk negeri-negeri ke dalam Islam bisa dipastikan menjadi bagian dari umat, bukan sekadar warga taklukan.

Tengoklah sejarah awal di masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M) dan Umayyah (661-750 M), terlebih pasca penaklukan Romawi Timur dan Persia, tidak otomatis mantan penduduk kedua imperium tersebut seketika berbondong-bondong masuk Islam.

“Sampai akhir masa Khilafah Umayyah wilayah Islam yang terbentang dari Spanyol hingga Persia memiliki populasi rakyat Muslim hanya sekitar sepuluh sampai dua puluh persen,” ungkapnya, yang berarti mayoritas populasi penduduk Khilafah kala itu masih menganut agama sebelumnya.

Nicko menambahkan, penyebab kekuasaan Islam bisa diterima meski jumlah Muslim masih minoritas, tak lain karena mereka mendapatkan Islam tidak dengan pedang, tetapi integritas dan dakwah yang efektif.

“Apa yang dilakukan kaum Muslim adalah menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad, kemudian memperlihatkan keanggunan Islam lewat implementasi syariat,” tegasnya.

Ketiga, kriteria kepemimpinan dalam Islam tak menekankan ras atau etnis tertentu, tetapi keimanan dan takwa kepada Allah SWT. Konsep ini lebih ke prinsip agama dan kebutuhan umat untuk dipimpin oleh seseorang yang lebih memahami Islam.

 

Kata Nicko, perkara ini sudah dicontohkan sendiri oleh Nabi SAW yang memiliki sahabat bukan hanya orang Arab. Sebutlah salah satunya Salman al-Farisi, orang Persia pertama yang memeluk Islam dan terkenal sebagai sahabat yang cerdas dan ahli strategi perang, termasuk usulannya untuk menggali parit pada Perang Khandaq.

Bahkan Salman menjadi gubernur di Al-Madain (wilayah di Irak) di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab dan menjabat hingga akhir hayatnya, dengan tetap hidup sederhana dan membagikan seluruh gajinya untuk sedekah serta menyokong hidupnya dengan hasil menganyam keranjang. Ia wafat sekitar tahun 35 H (656 M) pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan.

Keempat, proses islamisasi masyarakat yang revolusioner, yaitu merombak besar-besaran pola pikir, pola sikap, kebiasaan hingga identitas manusia sehingga menjadi umat yang satu. “Islamlah yang memberikan manusia tujuan, cita-cita, makna hidup yang berarti,” tandasnya.

Sebab Paling Utama

Namun demikian, beber Nicko, ada sebab paling utama di antara sebab-sebab yang menjadikan Islam sebagai sistem yang terbukti sukses memperadabkan atau meningkatkan taraf hidup manusia di sepanjang sejarah peradaban di planet ini.

Ialah jaminan dari Allah ‘Azza wa Jalla, sebagaimana termaktub dalam QS At-Taubah: 33, yang artinya: “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”

Menurut Nicko, kebenaran ayat tersebut selaras dengan terkuaknya sejarah berbagai kemenangan Islam di atas agama lain. Mulai Perang Badar, Perang Salib, hingga ketika umat Islam di negeri ini menang melawan kolonialisme Belanda, Jepang. Bahkan pasca kemerdekaan melawan komunis berikut PKI-nya, umat Islam dimenangkan oleh Allah SWT.

Kendati terkadang mengalami kekalahan, tetapi sekali lagi ditegaskan, dengan kekuatan dari Allah SWT para pejuang Islam secara umum menang menghadapi berbagai macam golongan manusia di setiap eranya.

“Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang,” ucap Nicko mengutip janji Allah SWT dalam QS ash-Shaff: 14 yang tak lekang oleh zaman.

Demikian, pungkasnya, sunnatullah tersebut bermula sejak kelahiran Rasulullah SAW, sang pembebas sejati, pemimpin hakiki alam insani, yang dengan Islam kemudian umat diikat dengan satu risalah, dilebur menjadi satu umat, dan dimuliakan oleh satu tujuan.

Dalam acara yang diselingi pemutaran video sejarah Islam dan puisi tentang Palestina, hadir pula pembicara lainnya yakni Ulama KH Hafidz Abdurrahman; dan Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY). Sebelum ditutup dengan doa, Ulama KH Rokhmat S Labib menyampaikan pidato politiknya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: