Sebut Pro Palestina Bagian Anti-semitisme, Siyasah Institute: Inilah Hipokrit Barat

Mediaumat.info – Tudingan bahwa dukungan terhadap Palestina di berbagai platform media sosial, terutama X, sebelumnya Twitter, merupakan bagian dari gerakan anti-semitisme, dinilai sebagai sikap hipokrit Barat.

“Inilah hipokrit Barat yang katanya menganut freedom for speech (paham kebebasan menyampaikan pendapat),” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.info, Rabu (29/11/2023).

Tak ayal, seruan boikot X trending setelah Elon Musk, pengusaha teknologi ternama, ramai diberitakan karena telah menyatakan pro kepada entitas penjajah Yahudi untuk segera menumpas habis Hamas, kelompok pembebasan Palestina, Selasa (28/11/2023).

Dukungan itu, dilontarkan setelah sebelumnya, Senin waktu setempat (27/11), Musk mengunjungi Kibbutz, area yang menjadi sasaran serangan Hamas, 7 Oktober.

Kala itu, seiring makin masifnya dukungan terhadap Palestina, Musk merasa telah memicu kemarahan dengan menyebut postingan di media sosial X justru dianggap mendukung anti-semitisme.

Ditambah, dalam jadwal pertemuan lanjutan bersama dengan Presiden Isaac Herzog, akan menggarisbawahi ‘perlunya bertindak untuk memerangi meningkatnya anti-semitisme online’.

Hal sama juga diberitakan Russia Today (RT). “Israel tidak punya pilihan selain menghancurkan Hamas,” tulis RT mengutip Musk.

Omong Kosong Kebebasan Berpendapat

Melihat hal demikian, kata Iwan lebih lanjut, Musk tak ubahnya seperti para pengusaha kaum kapitalis negara Barat berideologi kapitalisme-sekularisme yang menganut islamofobia.

Artinya, mereka tidak akan terima ketika muncul gelombang dukungan terhadap Islam. Sebaliknya, sambung Iwan, kaum kapitalis ini akan melakukan tindakan apa pun untuk menjegalnya.

Di sisi lain, sikap pro terhadap entitas penjajah Yahudi ini dikarenakan Bos Tesla tersebut takut bisnisnya bakal dikucilkan oleh kaum kapitalis lainnya. Lebih-lebih bakal ditinggalkan sponsor maupun para konsumennya.

Dengan kata lain, bagi para kapitalis dimaksud, uang adalah segalanya. “Bagi pengusaha seperti Musk, money is everything,” papar Iwan.

Sehingga sekali lagi Iwan menegaskan, jargon kebebasan berpendapat dan kesetaraan seperti yang digaungkan, hanyalah omong kosong.

“Omong kosong itu freedom for speech dan kesetaraan. Para pemilik platform media sosial itu kaum kapitalis yang punya ideologi bermusuhan dengan Islam,” terangnya.

Karenanya pula, sudah menjadi keniscayaan bahwa para pemimpin di dunia Islam, terutama Arab, harus bersatu menyelesaikan krisis Gaza.

Terutama, kata Iwan menuturkan, memberikan dukungan militer untuk mengusir zionis Yahudi, di samping juga pentingnya mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Tak hanya itu, untuk bisa membangkrutkan perusahaan-perusahaan media sosial milik kaum kafir, umat Islam pun harus memiliki platform media sosial ‘raksasa’ yang berpihak pada Islam dan sekaligus menjadi media dakwah bagi kepentingan umat.[] Zainul Krian

Share artikel ini: