Sanksi Besar dan Tekanan AS, Tidak Efektif bagi Rusia

MediaUmat – Ancaman sanksi besar dan tekanan yang dilontarkan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Presiden Rusia Vladimir Putin agar mengakhiri perangnya melawan Ukraina, dinilai tidak efektif bagi Rusia.
“Oh, tidak efektif,” ujar Pengamat Hubungangan Internasional Geopolitical Institute (GI) Hasbi Aswar, Ph.D. dalam Kabar Petang: Trump Main Api dengan Kremlin, Senin (4/8/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Karena, menurutnya, ada BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina, South Africa) yang sekarang anggotanya malah nambah terus seperti negara-negara Arab dan termasuk Indonesia.
Selain itu, jelasnya, sekarang kondisi ekonomi sedang tidak menentu, apalagi misalnya minyak di Timur Tengah ini agak terancam ekspor minyak dan gas, karena perang yang tidak kunjung berhenti.
Sehingga, lanjutnya, negara-negara lain termasuk Indonesia mencari alternatif-alternatif lain sumber-sumber energi dan kebetulan Rusia ini lagi butuh pasar-pasar baru.
“Jadi, dengan bertambahnya keanggotaan BRICS, kalau awalnya cuman Brazil, Rusia, India, Cina, kemudian Afrika Selatan. Sekarang sudah nambah Mesir, Arab Saudi, Argentina, Indonesia dan ada puluhan lagi negara yang lain yang sekarang sedang bermitra dengan BRICS,” tutunya.
Artinya, tegas Hasbi, ini semakin melemahkan upaya politik dari koalisi Barat untuk menghantam Rusia, Cina termasuk Iran.
“Nah, ini malah semakin menarik. Jadi, ke depan ini koalisi Barat menjadi semakin terlemahkan oleh munculnya koalisi-koalisi baru yang dipimpin oleh Rusia-Cina gitu. Walaupun memang di situ kebanyakan masih motifnya ini ya, motifnya pragmatisme ekonomi gitu, tapi saya kira pada akhirnya tetap berdampak pada politik,” ujarnya
Jadi, lanjut Hasbi, AS tidak bisa lagi semudah itu main menekan-tekan negara lain. Karena ternyata sudah ada alternatif lain bagi negara-negara yang sedang disanksi atau diancam sanksi.
“Jadi, misalnya Indonesia nih, Indonesia terancam oleh Amerika Serikat, Indonesia tidak akan terlalu panik karena Indonesia sudah punya alternatif lain,” jelasnya.
Sebelumnya, Donald Trump mengultimatum Presiden Rusia Vladimir Putin, agar segera mengakhiri perangnya melawan Ukraina dan memulai untuk negosiasi damai. Ultimatum Trump itu, jika diabaikan akan memicu ancaman sanksi besar terhadap Rusia.
Adapun ancaman dan sanksinya, Trump akan memberlakukan tarif hukuman 100% terhadap negara-negara yang masih membeli minyak Rusia, yang berpotensi memengaruhi Cina dan India.
Ancaman
Hasbi menilai, ancaman dari koalisi AS dan Barat untuk menghantam Rusia, sebenarnya sudah berjalan sejak perang invasi tahun 2022
“Embargolah, transaksi keuangan internasional ditutuplah, macam-macam kan? Tapi Rusia dengan mitra-mitra yang sudah terbangun selama ini, utamanya di BRICS, Rusia bisa tetap eksis ternyata sampai hari ini, kan gitu,” jelasnya
Dari segi ekonomi Rusia, lanjutnya, tetap surplus dengan ekspor minyaknya, dengan mengalihkan kepada mitra-mitra baru. Dan mitra-mitranya Rusia apalagi di BRICS ini adalah negara-negara besar semua secara ekonomi.
“Ada siapa? ada Cina, ada India utamanya ya sebagai pasar yang sangat besar gitu. Dua negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia gitu. Kalau digabung itu kan berarti 2 miliar lebih,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat