Rusia Berupaya Mengulur-ulur Perang untuk Memperoleh Kesepakatan yang Memenuhi Kepentingannya

Presiden Rusia Vladimir Putin meyakinkan mitranya dari AS, Donald Trump, bahwa dimulainya kembali negosiasi di Istanbul antara Moskow dan Kyiv untuk menyelesaikan krisis Ukraina menunjukkan bahwa semua pihak “secara umum berada di jalur yang benar”. Hal ini disampaikan dalam pernyataan yang dibuat oleh Putin di kota Sochi, Rusia, pada hari Senin (19/5), menyusul panggilan teleponnya dengan Trump yang berlangsung lebih dari dua jam. Putin memuji percakapan teleponnya dengan Trump, menggambarkannya sebagai “konstruktif, sangat jelas, dan sangat berguna” (Anadolu Agency, 20 Mei 2025).

Rusia tampaknya sengaja mengulur-ulur negosiasi dan menunda keputusannya untuk mengakhiri perang. Alasannya adalah cara penanganan AS terhadap masalah perang ini. Amerika telah menangguhkan bantuan militer dan keuangan kepada Ukraina dan mendelegasikan tanggung jawab ini kepada Eropa. Ukraina menyadari akan kalah perang tanpa dukungan AS, meskipun Eropa membantunya. Pemerintahan Trump juga telah berhenti menekan Rusia, sehingga menguntungkan Rusia atas Ukraina.

Hal ini berdampak negatif dan melemahkan posisi Ukraina, baik di medan perang maupun dalam negosiasi di Istanbul. Di medan perang, Rusia telah mengaktifkan front sepanjang 1.100 kilometer dan mengintensifkan serangannya terhadap pasukan dan kota-kota Ukraina dengan pesawat tak berawak dan senjata lainnya. Dalam negosiasi, Rusia mengirim delegasi yang lemah ke Istanbul dan tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan apa pun, sehingga negosiasi akan gagal. Karena itu, tidak mengherankan jika dalam perundingan itu tidak dihasilkan apa-apa selain masalah-masalah marjinal seperti pertukaran dua ribu tawanan, delegasi itu tidak membahas masalah-masalah esensial seperti gencatan senjata selama satu bulan, pengabaian syarat-syarat, atau bahkan perundingan tanpa syarat.

Putin kemudian mengulangi tuntutan lamanya sejak awal perang, yaitu menuntut kemenangan mutlak, dan dengan arogannya mengancam bahwa Ukraina harus menyerahkan empat wilayah, yang sebagian besar telah direbut Rusia selama perang, selain Krimea, yang telah diduduki sejak 2014. Jika Ukraina tidak menyerahkannya, Rusia akan menyerang dua wilayah baru, Kharkiv dan Sumy, yang berdekatan dengan perbatasan Rusia. Putin mengancam bahwa perang kemungkinan akan berlanjut hingga akhir tahun.

Pembangkangan Rusia dan intimidasinya terhadap Ukraina tidak akan terjadi jika Amerika tidak disibukkan dengan masalah yang lebih penting daripada perang di Ukraina. Hal ini juga menunjukkan adanya pengertian antara kekuatan-kekuatan ini. Dari semua ini, kami menyimpulkan bahwa Rusia berupaya mengulur-ulur perang selama hal itu masih sesuai dengan kepentingannya hingga saatnya tiba atau hingga saatnya mengamankan kesepakatan berharga yang memenuhi sebagian besar kepentingannya, bahkan jika untuk semua itu harus mengorbankan hubungannya dengan teman atau tetangganya. [] Dr. Muhammad Al-Thumaizi

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 23/5/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: