Rocky Gerung: Benahi Kepolisian Sama Halnya Membenahi Peradaban

MediaUmat – Di saat upaya pemerintah merampungkan penyusunan Komite Reformasi Kepolisian, Kritikus Rocky Gerung mengatakan, pembenahan terhadap Korp Bhayangkara ini sama halnya sebagai bentuk upaya membenahi peradaban.
“Membenahi kepolisian adalah upaya untuk membenahi peradaban,” ujarnya dalam Dialog Publik Polri: Penyampaian Pendapat di Muka Umum, Hak dan Kewajiban, Tindakan Anarkistis Menjadi Tanggung Jawab Hukum, Senin (29/9/2025) di Auditorium Mutiara STIK/PTIK, Jakarta Selatan.
Pembenahan di sini berarti melakukan transformasi mendasar pada institusi Polri agar menjadi lebih profesional, akuntabel, dan terpercaya, serta berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
Tak hanya itu, beberapa aspek krusial yang perlu dibenahi meliputi reformasi budaya organisasi untuk memberantas korupsi dan bisnis haram, penguatan sistem pengawasan baik internal maupun eksternal, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan, serta perbaikan sistem hukum dan manajemen agar Polri tidak menjadi “lembaga superbody” atau alat politik dan bisnis.
Untung dipahami, pemisahan Polri dari ABRI pasca Reformasi 1998 seharusnya membawa perubahan signifikan dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat disebabkan kepolisian telah menjadi organisasi sipil (non-combatant).
Ketika itu, tepatnya pada tahun 2002, kedudukan Polri dikembalikan di bawah presiden dan diformalkan melalui UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara RI. Namun ibarat jauh panggang dari api, Polri dalam perjalanannya justru terkesan menempatkan diri sebagai institusi yang kebal terhadap pandangan publik.
Artinya, dengan kepemimpinan Polri yang makin kuat karena di bawah presiden langsung, akhirnya memunculkan banyak keraguan publik terkait independensi lembaga ini dalam melaksanakan UU dan peraturan lainnya secara konsisten dan optimal.
Sebutlah Divisi Propam yang posisinya masih saja ‘menunggu bola’. Ia mulai bekerja jika ada pengaduan dan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota polisi.
Bahkan, seperti dilansir antikorupsi.org (23/2/2005), nyata adanya seputar ungkapan ‘jeruk makan jeruk’ di tubuh Polri. Disebutkan, selain kepada masyarakat yang melaporkan kasus tertentu ataupun pengemudi kendaraan bermotor di jalan raya, pungutan juga sudah menjadi rahasia umum terjadi terhadap sesama polisi. Di antaranya adanya perdagangan jabatan, dan membayar biaya tinggi ketika memasuki sekolah polisi.
Polisi Bukan Militer
“Polisi dalam meritokrasi, fungsi mendahului komando. Sebaliknya, dalam militer, fungsi itu disebabkan karena ada hierarki komando,” kata Rocky lebih lanjut.
Tegasnya, dalam setiap penanganan perkara, kepolisian harus mengedepankan fungsi daripada komando. Tidak seperti prinsip militer yang tak membolehkan ada keraguan sedikitpun dalam menjalankan suatu komando.
“Reserse yang lagi periksa teroris, boleh dikasih poin menentang pendapat dari komandannya. Tapi dalam militer tidak mungkin begitu. Kalau (militer) sudah menerapkan prinsip military efficiency, bila Anda telah membidik jangan ragu. Kalau ragu tarik picunya,” papar Rocky, membandingkan reserse yang fungsi dasarnya mengintip potensi bahaya, dengan militer berikut komando yang sangat penting dalam hal keamanan.
Untuk itu Polri harus menempatkan nilai-nilai sipil (civilian value) sebagai prioritas, dengan menghadirkan ketenangan sosial yang mendahului rasa aman. Hal inilah yang menurut Rocky, akan memperkuat posisi Polri sebagai bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari.
“Ketertiban itu adalah rasa nyaman, bukan sekadar rasa aman. Rasa aman belakangan, tapi rasa nyamanlah yang memungkinkan masyarakat hidup tentram,” ujarnya.
Dimulai dengan transvaluasi, maka reformasi di tubuh Polri bisa dibicarakan ulang. Mengingat, negeri ini didirikan juga berdasarkan kemampuan berargumentasi.
“Dan sekali lagi pikiran yang dipertukarkan, karena dia dipertentangkan,” pungkasnya, seraya menegaskan bahwa pikiran bisa disebut pikiran kalau dia dibantah oleh pikiran yang lain.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat