Remaja Pasti Mengalami Krisis Identitas adalah Mitos

 Remaja Pasti Mengalami Krisis Identitas adalah Mitos

MediaUmat Anggapan yang menyebut masa remaja wajar bahkan pasti diliputi krisis identitas mulai dari putus asa, berontak terhadap orang tua, agama, hingga kemurtadan, menurut Founder Komunitas Ibu Hebat Dini Sumaryanti sejatinya hanyalah mitos.

Anggapan bahwa masa remaja pasti diliputi krisis identitas sejatinya hanyalah mitos,” ujarnya dalam kajian Agar Remaja Tak Krisis Identitas, Ahad (5/10/2025) di YouTube Ngaji Subuh.

Istilah krisis identitas, jelas Dini, pertama kali diperkenalkan oleh Granville Stanley Hall, seorang psikolog Zionis sekaligus pendiri American Psychological Association (APA).

Dalam bukunya Adolescence: Its Psychology and Its Relations to Physiology, Anthropology, Sex, Crime, Religion, and Education (1904), jelas Dini, Hall menyebutkan masa remaja identik dengan storm and stress yang pasti dialami oleh setiap remaja.

Hall, sebut Dini, bahkan menilai bahwa masa ini wajar diwarnai dengan pemberontakan terhadap agama, bahkan kemurtadan.

Pasalnya, jelas Dini, penelitian psikolog lain pada 1992 di Amerika Serikat justru membantah pandangan Hall.

Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa hanya sekitar 20% remaja yang mengalami krisis identitas, sementara mayoritas justru melewati masa remajanya tanpa guncangan berarti,” bebernya.

Namun, sebut Dini, karena nama besar Hall serta pengaruh penelitiannya di dunia psikologi Barat, pendapat tersebut akhirnya diterima luas seolah sebagai kebenaran mutlak.

Dini pun mengutip penjelasan Kamal Dasuqi, seorang psikolog Muslim dalam kitab An-Numū al-Tarbawī li al-Ṭifl wa al-Murāhiq.

Dalam karyanya, Sebut Dini, Dasuqi menjelaskan bahwa pandangan Hall sebenarnya berakar dari sebuah penelitian yang disebut sebagai “bencana ilmiah”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rosen dan rekan-rekannya pada tahun 1962 terhadap remaja berusia 10–19 tahun di Amerika Serikat yang mengalami penyakit mental.

“Dari 54.000 remaja yang diteliti di 788 klinik jiwa, ditemukan bahwa hanya 3% yang tidak memiliki gangguan otak, sementara 20% tidak diperiksa karena sebab yang tak diketahui, dan 77% di antaranya mengalami gangguan mental. Artinya, data tersebut sebenarnya bersumber dari kelompok anak-anak sakit mental, bukan remaja normal,” paparnya

Namun, lanjutnya, hasil penelitian tersebut tetap dijadikan rujukan dan akhirnya menimbulkan kesimpulan keliru bahwa krisis identitas adalah hal yang wajar dialami semua remaja.

Dari sinilah akar masalahnya. Karena mitos ini terus disebarkan, akhirnya muncul anggapan bahwa perilaku buruk remaja, seperti kenakalan, pembangkangan, dan pelanggaran norma adalah hal yang normal, bahkan dianggap bagian dari proses pendewasaan,” ujar Dini.

Menurutnya, konsep tersebut sangat berbahaya karena menumbuhkan sikap permisif terhadap perilaku menyimpang. Akibatnya, banyak orang tua dan pendidik yang menganggap remaja harus “bandel dulu” sebelum menjadi dewasa dan matang. Padahal pandangan tersebut sepenuhnya keliru dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Psikologi Barat akhirnya mengidentikkan remaja dengan kekacauan, kenakalan, dan keguncangan, sementara Islam tidak mengenal konsep itu,” jelasnya.

Dini menambahkan bahwa pengaruh pemikiran Hall bahkan merembes ke dunia Arab. Di sana, muncul istilah muraahiq (remaja) yang sejatinya tidak dikenal dalam tsaqafah keilmuan Islam. Dalam konsep Islam, pembagian usia hanya dikenal dua tahap: mumayyiz (pra baligh) dan baligh (dewasa). Tidak ada istilah remaja dalam pembagian usia menurut Islam.

Dengan demikian, Dini menegaskan, krisis identitas pada remaja bukanlah keniscayaan, melainkan dampak dari adopsi pemikiran Barat yang keliru tentang perkembangan manusia. Islam sendiri memiliki konsep yang jelas tentang pendidikan dan pembinaan jiwa anak sejak dini, agar tumbuh menjadi generasi yang kuat, beriman, dan berkepribadian Islam.

Kalau sejak awal sudah diarahkan dengan akidah Islam dan tsaqafah Islam, anak tidak akan bingung mencari jati diri. Ia tahu siapa dirinya, untuk apa ia hidup, dan kepada siapa ia akan kembali,” pungkasnya.[] Nabila Zidane

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *