Qatar Diserang Zionis, FIWS Sampaikan Lima Tanggapan Ideologis

MediaUmat – Menanggapi serangan entitas penjajah Zionis Yahudi ke Qatar dengan dalih memburu petinggi Hamas pada 9 September lalu, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyampaikan lima tanggapan ideologis.
“Tanggapan ideologis terhadap serangan Israel ke Qatar,” ujarnya kepada media-umat.com, Jumat (12/9/2025),
Pertama, kegagalan hukum internasional. Farid menilai serangan Zionis ke Qatar menunjukkan kegagalan hukum internasional untuk menindak entitas penjajah tersebut. Pasalnya, Israel berulang kali melanggar kedaulatan negara lain, dari Palestina, Suriah, Lebanon, hingga Iran. Kini Qatar menjadi target.
“Hukum internasional jelas melarang agresi terhadap negara berdaulat. Namun tidak ada sanksi nyata dari PBB, Dewan Keamanan, maupun lembaga internasional lain,” ungkapnya.
Hal ini, tegas Farid, membuktikan hukum internasional hanyalah alat politik negara adidaya, tidak mampu melindungi negeri-negeri Muslim dari serangan Zionis Yahudi yang didukung Amerika Serikat.
Kedua, pengkhianatan AS yang berulang. AS, tegas Farid, adalah pelindung utama Zionis Yahudi.
“Serangan ke Qatar tidak mungkin tanpa restu Washington. Bahkan pejabat AS mengakui sudah tahu sebelumnya,” sebutnya.
Padahal, ungkap Farid, Qatar selama ini memberi layanan penuh kepada AS, termasuk pangkalan militer Al-Udeid (pangkalan terbesar AS di Timur Tengah) yang jadi basis operasi ke Afghanistan dan Irak.
Meskipun demikian, sebut Farid, AS tetap mengizinkan entitas Yahudi menyerang Doha, persis seperti pengkhianatan AS terhadap sekutu lain (misalnya saat menipu Iran dengan janji tidak akan diserang).
“Tidak ada loyalitas sejati dalam orbit Amerika; yang ada hanya eksploitasi kepentingan,” tegas Farid mengingatkan.
Ketiga, kelemahan Qatar. Farid pun menyebut Qatar lemah karena hanya menyampaikan protes lemah dengan alasan radar tidak mendeteksi.
“Ini menunjukkan bahwa penguasa Qatar tunduk penuh pada kepentingan AS dan tidak punya keberanian untuk melawan meskipun negaranya diserang,” sebutnya.
Sehingga, sebut Farid, Qatar tidak menembak jatuh pesawat/drone Zionis meski punya sistem pertahanan canggih (dibeli ratusan miliar dolar). Juga, tidak menutup pangkalan AS, padahal jelas AS ikut bertanggung jawab.
Keempat, keberanian entitas penjajah Zionis Yahudi karena diamnya negeri-negeri Islam. Sikap diam dan normalisasi sebagian rezim (UAE, Bahrain, Maroko, Sudan) memberi sinyal aman bagi Israel untuk melanjutkan agresi.
Sehingga, selain melakukan pendudukan dan pembantaian di Palestina, jelas Farid, entitas Yahudi menyerang hampir semua negara Muslim di kawasan.
Di antaranya, sebut Farid, serangan rutin ke bandara dan pangkalan militer Suriah; serangan ke Lebanon (serangan ke Hizbullah); ke Yaman (membunuh pejabat Houthi); ke Iran (membunuh ilmuwan nuklir, menghantam fasilitas nuklir). Termasuk kini ke Qatar.
“Semua itu dilakukan tanpa respons militer serius dari rezim-rezim Islam,” ungkap Farid.
Kelima, solusinya tegakkan khilafah. Selama negeri-negeri Muslim dipimpin penguasa boneka yang menjaga kepentingan Barat, Zionis Yahudi akan bebas menyerang.
“Jalan satu-satunya adalah menyingkirkan rezim pengkhianat dan menegakkan kembali Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah, yang akan melindungi umat dan menghancurkan proyek Israel Raya,” tegasnya sembari menyebut perdana menteri entitas penjajah Zionis Yahudi Benjamin Netanyahu sendiri menyatakan tidak membiarkan berdirinya khilafah di mana pun, ini harus dibaca tegaknya khilafah sesuatu yang sangat ditakuti Israel.[] Joko Prasetyo
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat